Posts

Showing posts from May, 2007

Mantra Penutup Mata

Sebelum mantra terucap ada terang yang melayang di permukaan mata air dan menitiklah sebuah puisi Sebelum mata terkatup ada gelap yang membayang pada pantulan air mata dan kau titipkan di sejumlah kata 2007

Sebuah Doa Pagi Setelah Dosa Sepi

D i antara kesiut angin tengah malam ada kemelut ingin yang tak mau diam serupa deru nafas yang terdengar lamat : sebuah doa pagi terlantun penuh hikmat A ku ini pendosa yang tekun berdoa pecinta yang ingin menyusup pada kuncup dadamu hingga di dadaku tak ada lagi degup D an tubuhmu adalah altar, adalah dupa, adalah percik air sembahyang, : adalah mantra pengusir jembalang A dalah sepi, sesisip dosa yang luruh sebagai embun di ujung malam setelah kita regangkan erat pelukan 2007

Sebuah Percakapan Setelah Peperangan

Kau matikan lampu aku menutup pintu Mari bersatu di dalam gelap Aku tikamkan ragu kau tumbuhkan rindu Mari berpacu ke arah harap 2007

Lingkaran Antara Pergi dan Kembali

1/ Tak ada yang benar-benar pergi Dedaunan akan luruh dan menghumus sehabis gerimis, setelah embun kalis dan matahari menandai umur bumi selapis demi selapis Sementara sungai memanjakan tepian tandus seperti ibu dengan keringat di atas alis menidurkan masa kanak-kanak kami tangis demi tangis Siapa yang pergi dan tak ingin kembali? 2/ Katamu aku tak perlu menunggu Pada sebuah muara sebelum laut terbuka pucuk-pucuk bakau menyarangkan burung malam tapi kita lelah berbincang tentang sebuah petualangan Ingatkah kau tentang pelayaran Yunus gelombang pun reda saat ada yang rela sedang perut ikan hanya sebagai tanda antara kesabaran dan kegelisahan Jarimu menunjuk bulan aku merujuk jalan pulang 3/ Tak ada yang bisa menghapus noda ciuman waktu yang lembut di bibir cangkir yang erat kupagut “Aku harus pergi,” katamu, lalu di gelasmu ampas kopi menjelma dentang lonceng gereja : Kau tak pernah meninggalkanku 2007

Tentang Bayangan

1/ Kau adalah cahaya dan aku bayang-bayangmu 2/ Jalan bayangan tak pernah bertentangan meski di pagi hari seperti tak ingin kita pergi dan tiba-tiba saja sudah mendahului di saat senja 3/ Bermain cahaya sama halnya memainkan bayang dan tahukah kau? aku berjalan pada suatu remang 4/ “Ini bukan body-painting,” katamu memainkan bayang dedaunan pada tubuh yang telanjang Lalu siapa yang melukis tubuhmu? Hatiku berdebar ingin menggambar bayangku pada luasan dada

Yogyakarta, 2007

Kerak kopi di cangkir petani adalah puisi yang tak terbeli hanya cerita mistis purba terbayang di dinding kota sepi pun terhembus dari wajah bulan ada yang tergoda oleh kenangan luka yang sama, perih yang nyata nyanyian riang gembira “ramai kaki limaaaaa…*” jalanan menjadi tubuh terbuka yang dihiasi berbagai cerita penyair memanen peristiwa tanpa suara lalu ditunjukkannya lagi sebuah luka mungkin luka baru, tapi bisa saja yang lama 2007 * petikan syair lagu "Yogyakarta" KLA Project

Tangkuban Parahu, 2000

Katakataku adalah perahu yang tertendang Sangkuriang terluput dari pandang mata kabut “Yang terletup dari mulut tak terkatup belum tentu akan kutangkup,” Dayang Sumbi ingkari janji karena cinta sejati tak pernah terlahir dua kali O, dingin menusuk serupa belati Apakah janji begitu mengiris dan luka akan selalu gerimis? Biarlah nanti pada musim matahari di pepucuk pinus aku berlari menyapa tebing-tebing sepi “Pernahkah kita catat ini hari?” 2007