Posts

Showing posts from February, 2010

Sajak-Sajak yang Terinspirasi Lirik Lagu Dangdut

Bibirku Cawan Anggurmu : Anggur Merah Bibirku adalah kehausan yang sungguh, adalah kegembiraan yang menghendak kau sepenuh seakan kau dipetik dari ladang terbaik di tepian sungai yang subur, lalu diperam hingga benar-benar berumur Ronamu merah memikat. Siapa yang tahan pada kilau berkilat-kilat itu? Yang teramat cerlang di bibir gelas, terang dan hangat tergambar begitu jelas Akulah kesetiaan. Menunggu segalanya tertuang, terbuang, dan terulang Hingga habis sesap manis, sampai nanti ada yang akan mengingat sisa-sisa hangat malam lalu tersadar betapa sia-sia kegembiraan, dan betapa sesal segala kemabukan Meski - saat itu - Anggurku, telah lepas dari cawan bibirku, gawal dari takdirku. 2009-2010 Sebelum Masuk Setelah Mabuk : Gubuk Derita Mengapa bilah-bilah bambu seakan saling berpilin, bersiasat melawan angin? Hingga suara-suara dari luar - gangguan bagi mimpi-mimpimu - terjebak dingin. Sementara berkas cahaya dari lampu begitu bebas menerobos celah dinding, jendela dan pintu Mengapa k

pembelajaran puisi

Image

Hikayat Sepucuk Surat

Kelak, jika kuputuskan untuk menjelma, tersebab rindu yang teramat, aku akan menjadi surat. Tanpa perlu alamat, karena tujuan sudah lama diidamkan. Tak perlu juga pengantar, sebab aku bukan sembarang surat. Bahkan tanpa amplop dan perangko, karena hanya kau yang akan kujangkau. Kelak, jika kuputuskan untuk sampai, karena dalam dadaku seperti disengat kesumat, tak perlu kau menunggu di depan pintu, menumpu tangan di dagu dan termangu pada kosong ruang jendela, bahkan tak usah juga kau menitip pesan pada Si Penjaga Gerbang. Ini sudah sebuah kepastian yang tersirat. Sejak sajak ini dituliskan, sejak terlahirkan kita sebagai anak, bahkan jauh sebelum itu. Sebelum kita sadar bahwa kita benar-benar satu. 2010

Hikayat Pisau Lipat

O Gembala, sejak kau tinggalkan, aku seperti domba yang siap dijagal. Gemintang di langit ibarat mata serigala lapar yang setiap saat bisa runtuhkan segala pagar. Di kanopi pepohonan, angin yang berkesiut aku dengar seperti desir maut yang siap memagut. Dan pada gelisah rerumputan, kutemukan tubuhku sendiri, terserak layaknya embun diteriknya hari. Hanya janjimu, Duhai Gembala, kusimpan lekat dekat tulang belikat, tak ubahnya pisau lipat. Janji bahwa kau akan datang di setiap waktu, sekelebat, seperti luka tikam dan gores itu yang pernah bernas di tubuhmu, yang berbekas penuh padaku. 2010