Posts

Showing posts from August, 2010

Kematian Abu Malik

Dari menara, dari menara, seorang perempuan berjaga. Seperti awan hujan yang begitu iba melihat lahan gersang, dan di tangannya butir-butir air seakan tertahan. Telah didengarnya yang terjadi di Sikhem, di atas Gunung Zalmon, tentang Abu Malik dan api yang membakar, yang menjalar. Hingga di Tebes, di mana dia memanjat, seusai bermunajat, sesuatu haruslah tamat! Dari menara, seorang perempuan menjatuhkan batu kilangan. Dan Abu Malik menawar rahasia; kematian adalah kehormatan. Dengan kepala berdarah, dengan pisau terarah, dia inginkan luka yang teramat parah. Dari menara, di atas semua peristiwa, seorang perempuan tertawa. Sebab di bawahnya, tak ada lagi duka. 2010

Bersuka

Kau, rimbun pohon, teduh pagi, dan sebatang sungai yang mengalun namun tak gaduh; Aku, pengelana dari negeri jauh, melepas sebentuk keluh ke dalam suara-suara rindu yang penuh. Bersama, kita bayangkan sebutir biji rumput dilempar-limbungkan angin, di sepanjang perjalanan, jauh dari indah panorama di masa pancaroba seperti sekarang ini. Sebutir biji rumput yang malang, seperti bunyi ayat-ayat yang hilang, dari doa-doaku kepadaMu. Kau, pohon buah yang ranum, gilang sinar matahari, suara rincik sungai itu; Aku, pendosa yang ingin berpulang, yang senantiasa dicekam ingin yang begitu terbilang, di sepanjang badan, di sepanjang kenang. Kita, sama-sama terjebak dalam lanskap kitab suci, dalam nyanyian imamat rajani, seperti suara angin yang gemuruh di dalam diri. Gemuruh yang tak pernah bisa pergi. Tak juga bisa mati. Seakan ini kisah yang pernah kaudengar berulangkali. Dan Kau, rumah yang teguh di atas bukit, bayang-bayang pohon tarbantin, dan kepak burung-burung pipit; Aku, seorang anak yan

Yehezkiel Meratapi Sang Faraoh

Gelisahlah Kau, Rajaku, Binatang ganas yang telah memangsa tubuhku, yang kepadaMu sebuah jaring telah kukembangkan. Di dalam pukat, tubuhMu bukan lagi milikMu sendiri. Lumpur laut dan sungai begitu lekat, begitu pekat. Sebagai rakyat, aku tak akan dapat mengenaliMu lagi. Menggigillah Kau, Penguasaku, Kepak burung yang bergemuruh di langitku, yang di tubuhMu hinggap segala keluhan. Seperti gemintang, tubuhMu akan dibilang, agar dicukupkan lapar kami; para binatang, dan sampai waktunya, tak dapat lagi Kau pandang langit dan bulan. PedangMu, Tuan, kepunahan bangsaMu, yang tertanam dalam kubur para Raja dan Pahlawan. Dari Asyur, Elam, Mesekh, dan Tubal. Yang Kautusukkan bersama tubuhMu sendiri. Sedalam-dalamnya. Dan aku pun terbaring di sini, Rajaku, dalam ketakutan yang begitu hidup, dalam kekalutan yang tak ingin redup. Bersama mereka yang mati muda, dalam patahan pucuk piramida. 2010

Yeremia Meratapi Dua Kota

Puteriku, Anak-anak Luka yang tak kunjung sembuh, yang kepadaMu airmataku tercurah siang dan malam, janganlah kecewa! Bukankah mereka tak berbeda dengan patung-patung sesembahan yang ada? Saling asing dan tak berbuat apa-apa sepanjang musim, selain bergunjing; “Ini luka siapa? Begitu ngangga dan berdarah sia-sia. Tak ada balsam dan tabib di sini.” Puteriku, Bau busuk jasad yang menguar, yang ingin kutinggalkan namun tak bisa, bertahanlah! Lidah-lidah mereka lihai berdusta, memanah dada sendiri dengan janji setia; “Ini kota-kota kami yang suci. Tak ada yang busuk di sini. Dan Tuhan adalah Raja kami.” Menangislah Puteriku, menangislah sekeras suara ternak yang berlari, sepilu sisa-sisa senyap dari puing-puing kotaku, biarlah serigala-serigala itu datang, dan segala gunung termenung, dan segala padang terdiam, dan kota-kota ini terhalang dari segala rancangan di mata mereka. 2010

Yesaya Meratapi Kebun Anggur

Kebun Anggurku, Kekasihku, Buah-buah Harapan yang Manis dan Sempurna, akan kutinggalkan Kau merana dan gersang, diliput semak duri, rumput, dan puteri malu. Kebun Anggurku, Kekasihku, Buah-buah Masam yang Kucampakkan ke luar pagar, telah kunantikan Kau dalam geram dan kecemasan, di menara jaga, di atas tembok, di lereng bukit subur. Lihatlah, pagar duri telah runtuh, awan hujan pun jauh, dan pokok-pokok itu tak lagi beranting, tak juga bersiang setiap carang. Berteman angin kering, aku setia menggemariMu, mengitariMu, Kebun Anggurku. 2010