Posts

Showing posts from January, 2016

Wirataparwa

Sarindhri "Akulah Alfa dan Omega, Firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."                                                              (Wahyu 1:8) Sampai semua cahaya di langit direbut, cinta tetap akan hiasan wajah semata. Karena itulah, aku ada. Dan aku tak peduli, dia Kencaka atau Dursasana, mereka yang tak mengerti, pasti binasa. Sampai semua raja mengerti dharma, dan semua satria memahami peperangan tidak hanya terjadi di medan laga, aku tetap akan ada. Aku ada, supaya yang lima (kejujuran, keberanian, kasih, kesetiaan, dan tenggang-rasa) tetap terjaga. Dan selepas bait ke lima, aku lesap, Menghilang di Himalaya, di antara nama awatara dan sejumlah peristiwa, Kanka "Berbahagialah kamu, jika karena Aku   kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu   difitnahkan segala yang jahat."                                             (Matius 5:11) Biar. B

Beberapa Cerita Pendek Dinasti Han

Orang Tua Pemindah Gunung Yang kaulakukan tak pernah sia-sia Sebagai Yugong, kau hanya tua. Tetapi Zishou justru tak tahu. Yang kaulakukan bukan upaya, tapi cita-cita. Bahkan Jingcheng mengirimkan Sang Putra. Kuifu hanya kerikil dan debu. Sepatutnya, Tat Xing dan Wang Wu tersingkir di sisi laut Bo, di utara Yintu Dan terbukalah jalan dari Yuzhou sampai tepi sungai Han bagi langkah kakimu. Lelaki di balik Balok Kayu Chen Shi hanya mengikat sabuknya dan berkata bagi anak-anaknya -- jadi lelaki harus berani. Dan dia yang tadi melompati jendela lalu bersembunyi -- muncul, menjura tiga kali. Chen Shi hanya menepuk pundaknya dan berkata bagi dia - si pencuri - jadi lelaki harus menanggung hidupnya. Sepatu Gambar Macan Kebenaran selalu tegak, meski kelak dia hanya berupa gambar pada sepasang sepatu. Tapi, dia seorang ibu. Dan kau tetap anaknya -- penuh rindu. Meski di rumah pejabat, kebenaran bisa menang telak. Seperti taring macan yang mengoyak.

Huruf Hidup #2

Huruf Hidup #2 Georgia Sebenarnya, dia ditakdirkan menjagamu. Menjagaimu seperti ladang gandum itu. Tapi dia memilih mengunjungi taverna dan mabuk anggur tua. Dan ketika seekor burung putih mematuk kepalanya, kau baru sadar pada pengkhianatannya. Sebenarnya, dia lurus dan juara melihat hal-hal dengan resolusi rendah. Seperti membedakan gambar yang dikurangi kontrasnya. Tapi karena dia lebih menyukai lencana Sirilik sebelum milenia kedua, ketulusanmu tak terlihat lagi olehnya. Bagiku, wajar jika kau pergi ke angkasa. Meninggalkannya hanya sebagai sepotong kepala. Lalu kau mencari penjaga liyan, dari keluarga kecil yang lembut. Keluarga pembuka jendela. Calibri Dengan sisinya yang pecah, dia membulatkan celah supaya kau tak mudah pasrah pada hidup yang terbelah; antara lurus dan lengkung, dan kerapatan yang membuatmu bingung. Dengan membuka jendela, dia menawarkan sejumlah pesta; ikan, burung, bebunga, dan cinta pe

Summer Breeze

Seperti rumputan, hijau dan tenang, Kau berjalan dengan tubuh muda. Di bawah langit warna soda, waktu bergulir seperti perasaan melon mendesak ke dalam ginjal, tapi - ada yang tersedak  bau lada dari India. Meski kau hibur diri meresapi bunyi terpetik buah beri terdengar nyaring regang tulang jari. Ah! Masih saja kau terkejut. Seolah tubuhmu tiba-tiba menyusut. 2016

Manipulasi Suara

Jangan gunakan hujan dalam secangkir kopi, suaranya akan seperti seseorang yang berpikir bagaimana mengenakan celana dari kertas kalkir sebab perjalanan, katanya adalah peta tubuh yang coba mangkir dari bau kematian Dan jangan coba nyalakan bulan dalam jendela, bisiknya terlalu lekas bagi dia yang ingin tenggelam dalam kebakaran kota. Dan katamu, sia-sia gedung ini ditinggikan melebihi doa, sebab kota cuma kata-kata kita. Mari, kita manipulasi suara, mengacak susunan para pembicara, meledakkan amonium nitrat ke surga. Meski pada akhirnya tujuh bidadari berpesta di telaga bersama tarub saja. 2016

Huruf-Huruf Hidup

Times New Roman Waktu melekat di tubuhnya. Waktu yang keras dan bergegas seperti serdadu. Dia dibangkitkan dari masa silam garis-garis tajam, lengkung perisai dan pedang. Dan dia berpaling. Berbelok seturut penghematan ruang. Setelah menghabiskan langit utara, akan ditahbiskan lagi sebuah bentukan baru untukmu. Seperti telah ditemukan benua baru untuk menanam ragamu. Di sana, dia berbaris seperti baru turun dari gurun. Dan waktu menjadi namanya. Sans Serif Tanpa garis atau sebentuk mistar di kedua ujungnya, dia tertawa padamu. "Jangan percaya pada namaku. Sebab jelas, tak akan pernah ada kaitannya dengan tubuhku." Kau kira dia muncul dari gurun tandus atau semak kaktus. Lalu membesar sebagai kepala berita. "Aku hanya mengabadikan garis lurus dan lengkung, Buyung, selebihnya kau akan mengira aku sebagai ragam paling sederhana." Kau tahu, di masa lalu, dia datang tiba-tiba di tengah halaman. Sebagai firman itu. Tapi, seingatmu, tak ad

Duduk, Diam dan Menangis #1

Krematorium Di depan kekosongan, dia berkata -- manusia lebih buruk dalam menyimpan rahasia dibandingkan kulkas memelihara barang-barang mudah busuk. Maka, dia mengabukan ragamu di krematorium. Supaya, segala kenangan tak berubah jadi ragu atau maklum. Kepada kekosongan, dia merasa rela untuk menangis. Sebab, dia sendiri tak ingin dianggap telah habis setelah ragamu dingin sebagai sisa pembakaran. Dan dalam kekosongan, dia merasa sepenuhnya sebagai sebuah guci -- kosong di dalam, kosong di luar, hanya dinding, hanya dingin. sama dengan abu -- sisa ragamu. Jakarta, 2016

Panggilan Jarak Jauh

Dia bergesa untuk sebuah panggilan jarak jauh seperti merayakan berakhirnya perkabungan. Dan kau tahu -- itu tidak mudah. Sungguh, tak ada kebetulan jika dapat disebut keajaiban. Tapi Oktober baginya hanya pesta menakutkan, peringatan tentang seseorang yang tak lagi bersama. Kau setuju, selama tidak ada kepura-puraan sebuah senyum bisa diartikan sebagai tanda untuk memulai perjalanan. Maka dia bergesa, dan kau juga sama. Seperti kedip merah pada pesawat telepon itu. Seseorang -- pikirmu -- tengah berkata; Cepatlah. Jemputlah -- atau -- Lama tak jumpa! Dan kata-kata semacam itu tidak bisa dibatasi dengan sesuatu. Apa pun. 2015

Yang Terjadi di Antara Kadesh dan Syur

Sebagai bunga, dia tunduk sempurna. Didengarkan angin yang tertebar itu; Jangan kau simpan madu! Kepada lebah dan kupu-kupu, dia membuka. Dia tahu - ada saatnya untuk mekar dan layu. Kau; yang datang sebagai penjelajah, akan diterima dengan wangi dan warna. Tinggal berkata jujur: di Gerar, di antara Kadesh dan Syur tidak akan ada musibah, dan seribu sikal perak membuat keturunannya melimpah. O, Bunga! Yang mekar justru hatiku. Terpetik putik masa lalu, dari kakimu. 2016

Setelah Kejadian Ke Empat Belas

Dia mendaku telah mendaki bukit, dan memberi sejumlah rasa sakit pada para penistanya. Dan kepadamu dia tak lagi meminta roti dan anggur : namun memohon agar ketiga budaknya bisa beroleh harta, rampasan dari para raja. Kau memberinya berkat dan doa, seperti mengurapi yang sakit kusta. "Ini sebuah rahasia, meski kau telah tua, keturunanmu bakal melimpah." Dia tidak begitu saja percaya, diambil seekor lembu betina, domba jantan, kambing betina, seekor tekukur dan anakan merpati, tapi - kegelapan ganjil segera tampil. Kau memberinya penglihatan dan suara kepedihan. "Empat ratus tahun lamanya keturunanmu menjadi asing dengan tanahnya, dan mereka menderita oleh bangsa liyan." Dia telah melihat kematian sebelum diperjalankan. Sebuah lahan terbentang di antara dua sungai besar, yang dikuasai sepuluh kaum yang saling membenci. 2016

Dari Kejadian Ke Sebelas

Di tanah datar Sinear, dia kenalkan bahasa dan logat berwarna terakota. Menara buatan yang namanya baru kau ketahui setelah runtuh. Dia menceritakan berapa panjang usia para tetua, dan pada umur berapa, mereka memperanakkan keturunannya. Semacam tetangan yang kelak melepuh saat api itu dilepaskan. Tapi kau hanya mengenali sebatang dahan tanpa daun yang mengambang. Kabut peliput hutan dan sinar bulan. Meskipun dikatakannya: Aku akan pergi dari tanah kelahiranku, lalu menjelang kematian di tanah baru "Yang Dijanjikan." Kau bergeming. Dan katamu; Tak ada lagi keraguan, selain kekacauan. Yang terhilang tetap dibilang. Meskipun itu hanya satu kejadian. 2016

Selamat Tahun Baru 2016

Tebing Jika alam hilang bimbang, aku bukanlah petualang. Tak lagi sangsi; diri bukan seorang pengungsi. Langit paling mengerti yang tinggi, yang meninggi, yang merendah, yang di bawah. Rerumput tak lagi takut hidup hanya seberkas jejak. Hanya tebing jadi antara; batas dan batuan padas. Tempat gemak tinggal landas menyuruk dalam semak. Aku -- rumpun bambu. Terhimpun menjaga tegak, menghimpun yang terserak, unggun sajak. Jika alam hilang bimbang, aku berdiam, membilang; betapa tinggi diri terhalang, berapa tebing akan tertebang. 2015