Posts

Showing posts from October, 2019

Jakarta Dreaming

Langit abu-abu mengulang-ulang cerita; besok bisa lebih baik selepas hari buruk, meski setiap pagi masih ada – satu keluarga dalam gerobak, pengamen dengan sisa mabuk. Matahari sepucat warna grafiti di tiang jalan layang dan tak menyuarakan apa-apa selain kecewa – yang diselit, disulut, dipendam saban malam, tak hilang, tak mengabu, bahkan terus menerus berbilang. Seperti kutuk waktu, yang hanya mengubah kita menua, melupa, lalu berjalan terburu-buru seperti ada yang ingin dituju tetapi malah selalu tertinggal jauh, lalu sibuk menggerutu. 2019

Aduh!

Jika bukan akar, tak batang pula puisiku. Tak ada buah tergantung, dan kelelawar penuh kecewa begitu pula sekumpulan burung. Jika tak ranting, bukan daun juga sajakku. Saat musim kemarau tiba, tak ada peziarah duduk di bawahnya, dan pencari air meneruskan kelana. Seekor kadal menciptakan dunia dengan mulutnya yang terbuka -- menunggu hinggap serangga ke lembar daun rumput kuning tua. Lihatlah likat lidahnya; mungkin di situ sebaris puisi ini jadi jerat bagi kalbu. Bukankah hidup hanya harap selalu? Bukankah jiwa harus nyala menggebu? 2019

Dor!

Betapa malang! Betapa malang! Hidup mencari yang terbuang, disia-siakan, diharus-selesaikan. Sungguh, aku ingin bertumbuh. Mencari celah batuan, mencuri sejumlah sempatan. Tapi waktu duri dalam ingatan. Berkali-kali menghunjam daging sendiri. Melarung nasib di sembarang kali. Pasti puisi bukan Kunti --  yang  di Gangga, di sungai terpanjang menghanyutkan anak cucu peradaban. Mendenyutkan lagi gairah peperangan. O, Ibu! Haruskah menangis kembali kanak-kanak dari perih kiwari? Betapa sayang! Betapa sayang hidup! Jika harus merintih-meregang, menggapai-gapai pada serpih terang! 2019

Ah!

Betapa sangsai menggapai Duhai, El Shaddai Belum sampai mahligai mempelai 2019

Marturia

Kata akan menumbuhkan kata. Kita bertumbuh dan ditambahkan kemudian, dalam satu kemesraan. Kita tak bisa mengurangi kata. Kata, darah tertumpah, bahkan jika kita tak sedang berbantah - bertahanan. Satu malam sepi seorang menyeret mayat Esok pagi berdentang sederet ayat. 2019