Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung


Dalam akhir pekan lalu, saya menonton dua buah film, yang pertama sebuah film berlatar imigran asal Korea yang berusaha mencari penghidupan yang layak di tanah impian Amerika berjudul Minari, dan film lainnya adalah sebuah film buatan Meksiko berjudul "Our Lady of San Juan, Four Centuries of Miracle" atau dalam bahasa aslinya "Virgen de San Juan, Cuatro Siglos de Miraclos."
Kedua film itu mengetengahkan kemalangan, sebenarnya, disamping upaya manusia untuk meraih kebahagiaan. Minari mengisahkan kerja keras Jacob Yi yang memboyong keluarganya ke sebuah tanah pertanian yang dibeli dengan harga miring karena pemilik sebelumnya melakukan bunuh diri setelah mendapati betapa sulitnya bercocok tanam di lahannya. Jacob dengan rasa optimisnya merasa dengan logika berpikirnya bisa mengalahkan ketakutan untuk jatuh miskin dengan bercocok tanam meskipun ia harus berhutang pada bank demi mendapatkan modal bertani. Sedangkan film Our Lady of San Juan mengisahkan keyakinan keluarga dari Gabriella yang melakukan perjalanan suci demi menjumpai patung Bunda Maria yang ada di gereja San Juan yang dipercaya selama berabad-abad mendatangkan keajaiban bagi mereka yang percaya kepada Tuhan, temasuk kesembuhan dari penyakit.
Bagi saya, agak kontradiktif memang kedua film itu. Yang satu mencoba melandaskan pada logika untuk keluar dari masalah, sedangkan yang satunya melandaskan pada iman / kepercayaan didasarkan pada agama. Namun, keduanya sebenarnya diberi - entah apapun caranya - diberi jalan keluar dari masalah mereka. Jacob Yi memang gagal menjual hasil panen pertamanya, terlebih mengalami kebakaran pada gudang tempat ia menyimpan hasil panennya itu. Dan meskipun tidak diceritakan dengan jelas bahwa ia berhasil mendapatkan uang dari hasil panen minari yang dibawa benihnya oleh ibu mertuanya, tapi di akhir film digambarkan dengan dituntun oleh anak bungsunya, David, ia melakukan panen minari yang tumbuh subur di dekat "creek" atau sungai kecil di lahan pertaniannya itu. Sedangkan Gabriella, setelah mendapatkan operasi pembedahan pada kepalanya di rumah sakit, dinyatakan sembuh total dari penyakit yang dikuatirkan oleh keluarganya. Terlepas dari pertolongan mentor konseling ayahnya yang mengontak kenalannya, seorang dokter spesialis terkemuka. Tidak digambarkan dengan jelas apakah biaya rumah sakit itu bisa gratis atau bisa dicicil oleh keluarga Gabriella yang hendak berulangtahun ke limabelas sebelum jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit lalu divonis terkena penyakit mematikan, tapi yang jelas ada kelegaan setelah Gabriella bisa dinyatakan sembuh dan tidak terbukti ada penyakit gawat yang dideritanya.
Penghiburan dan kelegaan adalah dua keping mata uang yang bersisian yang bisa didapatkan setelah kita mampu menerima dengan ikhlas cobaan atau penderitaan yang datang. Di masa pandemi covid-19 banyak orang yang kehilangan anggota keluarga tercinta. Ada juga yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempat mereka bekerja mengalami kesulitan mendapatkan laba bahkan pendapatan.
Di masa Pantekosta, yang terjadi adalah penggenapan janji Tuhan untuk memberi penghibur dan penguat. Penghibur karena Tuhan tahu setelah kenaikan Tuhan ke surga orang-orang percaya akan masuk pada era kegelapan di mana mereka, para rasul dan murid-murid Yesus, akan dikejar-kejar, ditangkap, dibunuh. Namun yang terjadi, pada masa itu selama 300 tahun justru kekristenan bisa tumbuh dan meluas tidak hanya di wilayah Yudea saja, tapi sampai ke India, Eropa, dan Afrika. Penghibur atau penguat itu disebut sebagai Roh Kudus, yang saat pantekosta dinyatakan sebagai lidah-lidah api yang turun di atas kepala para murid dan keluarga Kristus Yesus ketika mereka tengah berdoa bersama-sama.
Cara Tuhan menjawab doa kita atau upaya kita, tentulah tidak bisa diminta agar sesuai dengan keinginan kita. Tuhan akan memberikan hal yang benar-benar kita butuhkan bukan hal yang kita inginkan. Namun sebelumnya, yang kita lakukan adalah berpasrah, berserah. Keikhlasan menerima cobaan bukan hal yang mudah. Jacob Yi bersikeras mengairi lahan pertaniannya meskipun harus mengalirkan air minum yang berbayar ke lahan pertaniannya, alih-alih mau membayar seorang pencari mata air, menahan hasil pertanian daripada menjualnya murah ke kedai di kota sebelah, sampai harus membawa sample ke kota lain yang berjarak 5 jam perjalanan. Ayah Gabriella juga masih ingin merayakan ulang tahun ke-15 anaknya karena berpikiran bahwa anaknya mau mati dan perlu dibahagiakan di masa-masa akhir hidupnya. Bahkan ketika istrinya menolak, ia ingin "membuang" uang itu ke bar untuk mabuk-mabukan. Ibu Gabriella juga bersikeras untuk terus bekerja di konveksi karena itulah satu-satunya pendapatan keluarganya. Sampai akhirnya, karena sering terlambat dan menurun produktivitasnya ia pun dipecat dari perusahaan konveksi itu.
Dalam film Our Lady of San Juan, beratus tahun silam, seorang keluarga yang hendak ke Guadalajara mampir ke kapel sederhana di San Juan untuk meminta air minum dan makanan dan membayarnya dengan atraksi sirkus. Mereka mengira kebaikan para penunggu kapel itu bisa dibalas dengan menggembirakan mereka. Sedangkan dalam film Minari, Jacob Yi begitu yakin bahwa dengan mendapatkan order di kedai bahan makanan Korea di kota lain akan bisa membuatnya berhasil dalam bercocok tanam dan menggantikan kerjanya sebagai penyeleksi anak ayam yang andal dan bisa mendapatkan biaya untuk mengoperasi David yang mengalami kebocoran jantung. Tetapi, banyak hal dalam hidup ini yang tidak mengarahkan hidup kita, kebahagiaan kita, kelegaan kita, pada apa yang tengah dengan gigih kita upayakan.
Yang seringnya dialami, kadang kita mendapatkan sesuatu yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Seperti terjadi di dalam hidup saya, tiba-tiba ada dua ekor ayam kampung yang masuk dan mengacak-acak tanaman. Karena kuatir itu ayam tetangga yang lepas, saya kirim pesan di WAG Rukun Tetangga, saya mohon-mohon bagi yang merasa punya dua ekor ayam itu untuk mengandangkannya. Saya takut jika empunya melihat saya mengusir dua ekor ayam itu, akan menimbulkan kegaduhan. Namun, jawaban yang saya terima dari beberapa orang justru mempersilakan jika dua ekor ayam itu ditangkap, dipelihara, atau justru dipotong, karena tidak ada yang merasa memilikinya. Akhirnya, dua ekor ayam kampung itu saya jebak dengan memberi mereka beras dari halaman sampai ke dalam kandang yang saya buat dari pagar kawat besi bekas pembatas kucing peliharaan tetangga di kompleks rumah yang lama. Walhasil, ayam itu pun bisa saya pelihara. Istri saya yang merasa keberatan dengan kehadiran dua ekor ayam di halaman karena halaman jadi bau kotoran ayam pun boleh berlapang dada, karena ketika saya cerita dengan teman-teman di kantor, ada yang mau memeliharanya.

Jakarta, Mei 2021

Comments

Beeslot situs betingan online
terpercaya dengan reting kemenangan
tertinggi di antara situs"
lain nya situs betingan online
dengan minimal deposit 25.000 dan wd
50.000 an saja bosku sudah bisa merasakan
kenikmatan jackpot nya :)

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota