Pembatas Halaman

Seperti buku, pantai membuka halamannya,
kata-kata persembahan dari buih-buih ombak
yang berderai di pasiran, ucapan terimakasih
dengan cericip camar dan debur di karang,
lalu dipilihkan untuk kita apa saja yang paling
mungkin dijadikan puisi.

Kau tak perlu bertanya: siapa pengarangnya,
karena semua sudah dituliskan lewat jarak
terbentang langit dan awan yang menyisih,
desis peluh nelayan di kayu sampan,
kita hanya perlu bersyukur dengan tak berpaling
dari apa yang ada di sini.

Semestinya, ada banyak akan dijumpa
semacam kata sagangan, kata-kata pengenyak
kesadaran. Supaya aku bisa menyebutmu lebih
dari sekadar pembaca budiman.
Sebab di pantai, di sore hari yang hening,
kau jadi pembatas halaman buku ini

-- penanda jika kelak aku harus kembali.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung