Rekuiem #3

Tanah pekuburan masih diakrabi sepi, lalu lamat-lamat
kau lihat di bagian bawah batang cemara sekumpulan lumut
mulai menyemut; seperti pelayat dalam perkabungan tak rampung.

Mendung mengembangkan payung, aku memegang tubuh
yang terhuyung ; hampir tujuh langkah aku hitung.

Betapa berat dan limbung menyajakkan kematian,
karena di setiap kalimat ada nafas tersengal, ada tangis
yang bakal, dan rasa damai - yang jauh tertinggal
- di rumah-rumah doa belaka.

Berjalan di belakang keranda, Sang Pembawa Nisan
: dia yang pertama kali membaca kesalahan ejaan.

Tanah pekuburan - di saat seperti ini - akan semakin
menepi, mempersilakan kita berduka sepuas hati. Agar
seperti doa kerelaan yang dibaca di akhir acara, sekumpulan
lumut di bawah cemara mulai menumbuhkan spora.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung