Posts

Showing posts from October, 2012

Jung

1. Kau laut dan hatiku jung; apalah layar jika tak paham benar bahasa angin dan kuasa badai, maka kupasang - sepasang kemudi. Dadaku bilah-bilah kayu tebal, tersambung ke langsung lunas, tanpa kerangka, baut, atau paku hingga terbentuk lambung kapal, hal-hal yang menyentuh-menyintas : angin, gelombang, dan badai yang berlaku. Tanganku: sepasang cadik, segala hal-hal yang baik yang menyelenggarakan pelayaran dari Jawa hingga Tanjung Harapan. 2. Kau laut dan hatiku jung; bahasa kita langit dan gemintang meski penuh awan, dan hujan kerap mengaburkan. Kutahu: kesedihanmu ombak bergulung-gulung, tapi ujung haluan dan buritanku lancip, beruntung dari semua yang sulit dan rumit. Dan ke barat, terus ke barat, seperti kisah pengembaraan mencari kitab suci, aku tak akan pernah tamat - melayarimu, menyadari kesedihanmu. Sampai warna matahari begitu lamat. 3. Setelah diseret arus Laut Hindia, ditelikung alun di Teluk Benggala dan Laut Arabia, didamparkanlah

Jerung

1. JERUNG-kah jiwaku? mengejar kau berenang melayar ke penjuru pandang walau arus menggerus dan kapal merintang, meringkus              dalam jaring, aku tak hendak berbaring              dalam daging, aku berontak: mengingin! JERUNG-kah jiwaku? selalu ganas di deras samudera selalu tak puas merindu kau                     yang mengembara                     mencari tenang di antara ombak ADA yang tak henti letih              di sekeliling buih seperti perih pada luka seperti nyeri tak sudah dan nyanyian nelayan adalah kidung pengharapan yang terdengar di kibas kain layar                     di antara riuh camar                dan kerlap cahaya suar                adakah kau mendengar? 2. O, Lanun! Darah siapa telah kautumpahkan dari geladak hingga gelorakan rasa lapar yang tumbuh sejak dagingku lahir, gemuruhkan suara ombak yang meriuh dalam lambung para penyair -- dan seolah baru saja ada syair diciptakan oleh laut, layar, dan angin. O, Layar! Cinta