Posts

Showing posts from May, 2014

Ninabobo

1/ Tidurlah, Lautku, jenak ombak teduh badai dengung angin setelah rinai. Aku camar pencari ketam, ingin terbang dari sarang ke lautan, menyuruk ke tubuh gelombang. 2/ Tidurlah, Lautku, jadi latu hilang bara hitam arang tanpa nyala. Aku jejak terik di pucuk waru ingin berteduh pada bayangan, O, betapa memabukkan cahaya! 3/ Jika kau tertidur, Lautku mimpimu hanyut perahu jala yang dibiarkan mengembang dan menjaring ikan-ikan. Jika kau tertidur, Lautku malamku kalut kulit gaharu dahan yang menguar heharuman dan menahan sarang balam. Kita tak saling mengenal, bahkan tak akan mengekalkan. 4/ Pada suatu masa, kau dan aku sama merasa : bagian dari semesta. Maka, malam ini, kita mencari makna jauh ke dalam diri. Mengasingkan yang akan kita cari, dan yang telah kita sangka sebagai lagu menjelang bermimpi. 2014

Lagu Pantai

Irikah lidah ombak pada lentik embun di daun waru? Bahagiakah ketam yang basah di ceruk karang? Di pantai ini, kerinduan harum pasir. Di pantai ini, kebekuan gagal berdesir. Sebuah pulau terpencil memanggil. Elang laut mengepak hal-hal yang mustahil dimengerti awan jauh. Di cakrawala, cinta seperti rona senja yang mampir. Sebentar lagi gelap, katamu. Dan aku menurut pada rentang dekap dermaga. Di mana perahu dan jukung seolah kanak yang manja. 2014

Embun

Akulah embun, jeritnya memekik di atas daun. Pada pagi buta, dia menuntun ke ujung lamun. Bukankah, kau, cahaya? Yang disembunyikan mata dan disentuhkan ke telapak ini. Sejak pagi menjadi dalam diri. Akulah embun, jeritnya seperti menolak ditenun waktu. Aku setuju. Sebab nanti, di siang hari, ada yang mesti pergi. Atau kembali? 2014

Dia Baru Saja Lewat

Dia baru saja lewat, seperti hujan dengan angin yang kebat. Jangan sakit hati, Dik. Meski kau kenang juga ciuman di taman itu, di bawah pohon ara. Dia tak tergenggam, serupa remah roti yang musnah sebelum burung gereja itu datang dan mematukinya, seperti kutuk yang ditolak, Dan cinta bukan mantra, tapi kesakitan di dadamu, Dik. Yang walaupun tenang batang terbantin, gugur pula daun itu terbanting-banting. Dia baru saja lewat, dan tak menoleh kepadamu. Seperti burung gereja itu, kembali ke bentang kawat. 2014