Posts

Showing posts from September, 2012

Sajak Debu

Jiwaku melekat pada debu, Hidupkanlah aku sesuai firman-Mu Mazmur 119:25 Sepatu. Jalan berbatu. Ziarah dari sejarah ke sejarah. Dari darah ke darah. Darah saudara sedarah. Darah yang tumpah dan tak bisa lagi ditangisi, melainkan disumpahi dengan menepuk-nepuk dahi dan menghentakkan kaki. Seriuh tabuh genderang. Aku, petualang. Hendak menyatukan serpih keping tulang. Barangkali ada yang berulangkali menyimpan dan membuang. Setelah menumpuk dan membakar. Menembak sambil berikrar: Tuhan, aku muliakan Engkau! Jalan berbatu. Waktu mencacah cacat langkah. Tak peduli ada yang mencoba berhenti dan berbalik arah. Hati seperti cincin pengantin. Mengikat antara waktu dan hal yang aku sangat yakin: pada sebuah pintu, engkau menunggu. Genderang bertalu. Aku debu. Debu yang jatuh ke sepatu  peziarah atau petualang. Tak paham hendak mengarah atau berpulang. Hanya kutahu: jalan terus berbatu, dan engkau setia menunggu

Di Kenroku-En

Musim salju yang telah berlalu di kota ini, tak pernah bisa membekukan rinduku pada malam-malam di kotamu. Dan bulu-bulu gagak terasa tak lebih kelam dari ingatan-ingatan akan malam-malam di kotamu. Angin dingin yang meniup kuncup-kuncup sakura, seperti memekarkan kenangan akan malam-malam di kotamu itu Malam-malam di kotamu telah jadi taman, jauh sebelum aku sampai di taman para biksu ini, di Kenroku-En, di mana seekor gagak hinggap di pohon sakura, tak jauh dari sebuah danau dan rumah minum teh itu. 2012