Posts

Showing posts from July, 2014

Jalan Ini Tak Pernah Sunyi

Jalan ini Tak Pernah Sunyi Maut mengetuk-ngetuk atap selincah doa yang setiap menit memanjat kaki langit Tak ada lagu lagi, yang ada ratap bocah-bocah, dan ambulans terhambat ke rumah sakit Tapi jalan ini tak pernah sunyi sebab doa selalu mengalir dari jauh dan lagu-lagu pujian pada Tuhan gemuruh mengiringi mereka yang mati 2014

E-BOOK KUMPULAN PUISI "AKU JATUH CINTA DAN SELALU BEGITU"

Untuk kedua kalinya, saya membagikan sekumpulan puisi dalam bentuk e-book. Harapan saya agar karya-karya saya dapat dibaca oleh banyak orang. Silakan download di http://issuu.com/dedytririyadi/docs/aku_jatuh_cinta_dan_selalu_begitu

Jika Aku Menangis

Jika Aku Menangis Mataku limau belah dua, air asam manis terpancar darinya. Tetesannya terciprat juga di tembok warna toska. Jika aku menangis itu semata-mata karena rindu. Burung bulbul pengabar Negeri Saba bagi Sulaiman. Yang di paruhnya, semacam cerita tersembul jadi bahagia. Jika aku menangis, pasti karena cinta. Siput yang tak lelah beringsut pada dinding. Bilqis yang menagih janji singgasana. Jadi, aku menangis bahagia. Merasa tugas penyair bukan hanya mengucap segala yang bisa ditulis sepenuh daya, tapi juga berpikir: serasi juga jika air mata diriaskan secara merata pada hal sederhana yang menyedihkan; Kisah cinta Ratu dan Raja beda negara, atau gemuruh bom yang tumpah di Jalur Gaza, yang di dalamnya begitu banyak rahasia dari tangisan, yang belum pernah kau dengar. Jadi, jika aku menangis sebaiknya kau diamkan saja. Kau tak perlu pura-pura ikut bersedih, atau merasa hal tragis telah terjadi dengan diriku. 2014

Sore yang Bersahabat

Sore yang Bersahabat Tak ada perjamuan teh di sini, gadis berbaju merah muda itu duduk dengan kaku. Seorang diri. Kesepian barangkali anjing penurut yang ikut sibuk menjamu tamu dengan juluran lidahnya. Kau tak perlu takut. Tiga buah gelas bening diletakkan dan kita merangkai percakapan dari bunyi sumbat botol yang jatuh. Akan kita pahami nanti, arti petualangan dan kepulangan yang tiba-tiba ini. Seperti menebak yang berderap dan mendekat pada sore yang bersahabat ini: jatuh bayangan jauh di punggung, atau ringkik kuda yang suaranya tepat seperti masa lalu. Sementara, kita hanya bisa duduk dan menelisik diri, membayangkan: ada sebuah hutan tua dan serombongan mahluk purba berpesta. Makan dan minum dari tubuh waktu yang terbuat dari percakapan kita. Tapi sore ini, aku merasa begitu bahagia; betapa bahasa yang terhimpun dari sebuah ruang berwarna kuning tua, di mana ada sebuah pertemuan, telah membebaskan dan membiasakan aku untuk menulis sajak dari is

Ketika Aku Berjalan Bersamamu

Ketika Aku Berjalan Bersamamu Langit abu-abu, yang cerah hanya bayangan kita di genangan itu. Kau selincah para penari, melangkah tak hati-hati, berirama seperti lagu. Aku, hewan tanpa beban, dihela dengan temali nyaris tak terlihat. tak melenguh, tak menolak. Masuk dalam irama yang kau nyanyikan lewat langkahmu. Sementara langit di atas sana seolah cemburu, saksikan betapa rindu menjadikan kita seperti Jessie dan hasratnya pada kuda-kuda di gurun Australia dalam novel Tak Terkatakan, atau melihat cinta telah membelenggu ketakutan untuk berpisah sehingga kita melangkah bersama tanpa ragu. 2014

Biarkan Aku Makan Dulu

Biarkan Aku Makan Dulu Sebelum menebak apa yang kau sembunyikan di punggungmu. Sebelum merebak persoalan seperti hitam-putih belang zebra itu. Kelaparan adalah ketelanjangan nafsu. Karena itu, biarkan aku makan dulu. Supaya tertutupi hal-hal yang seperti masa lalu. Yang membuat waktu beringsut di bawah meja kayu. Dan setandan  bulir anggur jadi layu. Setelah itu, barulah kita bicarakan: dari padang mana engkau datang, sementara aku lelah menjaga agar rambutku tetap bergelung di tempatnya, dengan temali warna biru di kepala. Barangkali, setelah pengembaraanmu itu, kau juga haus, telah kusediakan berbulir-bulir anggur yang bernas, untuk kau keremus. Ambillah dulu barang setandan, selesai itu, kita bicara dengan pelan. Saat ini, biarkan aku makan dulu. Kupenuhi pikiranku dengan kata-kata dari tangan seseorang yang mengingatkanku pada Elia dan kematian. 2014

Akulah Pintu

Image
Akulah Pintu Tenang dan terbuka menunggu dan membiarkan kau pergi tanpa ragu Ketika kau kembali dari perantauan dan membawa berjuta rindu, aku tetap di sini. Kau tak perlu mencari. Akulah pintu: rahim kata-kata. Beribu salam dan kekecewaan terhampar bagai debu. Dan angin akan menaburkannya kembali ke tubuhku. Sementara aku tak ingin mengaburkannya sebagai cinta. Yang terbuka dengan tenangnya. 2014

Stand Up Comedy

Stand Up Comedy Dua pohon, kiri dan kanan, kegembiraan dan sakit yang tertahan  di satu bidang. Kau berdiri di depannya, dekat sebuah meja. Seekor burung, hitam dan putih bulunya, cara pandang atas masalah  yang ada. Kau berdiri di depannya, dekat sebuah meja. Delapan siput sawah, waktu yang merambat dari bawah, menuju sebuah  upacara. Kau berdiri di dekatnya, di depan sebuah meja. Katamu,"Duhai burung pemurung, jangan kepakkan sayapmu. Dan kau,  siput-siput, melangkahlah dengan lembut. Supaya tak berontak  apa yang kupegang, tak jatuh yang kususun berurut." Dua pohon, kiri dan kanan, di belakangmu, di belakang meja itu,  saling berbisik dengan bahasa yang baru akan kau pahami; "Jika kau mengubah posisi berdiri,  ada kesedihan yang akan dimulai." 2014