Posts

Showing posts from March, 2011

Belantara

Di sini, tak ada yang disesatkan bimbang; sesosok mambang yang muncul dari gerumbul, lalu membuhul kakimu erat. Kau tak terikat. Bebas bergegas dan berkemas menyibak semak cemas. Mengelak dari jerat dan bayang hidup yang buas. Di sini, tak ada disembunyikan. Shinta tak pernah hilang. Dia hanya jatuh cinta pada rupa rusa kencana. Hingga lupa lingkar panah Laksmana. Kau tak perlu berlari. Luka hunus pandan duri atau iris onak rotan tak bisa buatmu mati. Berjalanlah setegak panji. Biar semuanya mengerti: belantara ini hidup sejati. Adalah aku dan kau, menyeruakkan keluh paling sesak. Menyemarakkan ruang sepenuh pekak. Agar segera riuh dan penuh kanopi-kanopi sepi. Agar terjelajah seluruh lembah-lembah hati. Dan di sini, di rimba segala gelora dada, kaulah angin. Menggeletarkan ujung-ujung daun. Dan aku tunggul kayu mahoni, memendam rasa rindu itu sedalam hati. 2011

Minggu Palma

Duhai Kotaku. Tidurlah dalam teduh dedaunan palma. Padamkan seluruh cahaya. Tinggal celah pintu saja terbuka. Agar dia - yang kelak menderita - segera membuka mata maut. Dan nyalangah mata maut itu, dan menyalalah lampu-lampu kabut itu. Duhai Kota yang sudah lama luka parah. Biarkanlah dia masuk gerbangmu. Mereguk udaramu yang gersang itu. Agar dia - yang sebentar lagi mati - paham betapa busuk bau dari paru-paru dan mulutmu. Dan terbentanglah kain-kain spanduk: lestarikan hutan. lestarikan hujan. Maafkan kotaku, para pendudukmu hanya tahu hutan dan hujan membawa perubahan. Padahal dia - yang tak lama lagi tubuhnya penuh luka - membawa tubuh yang lebih tabah dari sebatang pohon, memberi suhu yang lebih ramah dari sehari penuh hujan. Ah, Kotaku. Sepandai-pandai kau membentang tembok dan menara, keruntuhan itu sungguh nyata. Tubuhku, ya pintu yang setengah terbuka itu, teramat bahagia - mempersilakan sejarah datang dan pergi dengan catatannya sendiri. Hingga di minggu seperti ini, Kota

Cium

Kau bawakan seribu kumbang dan sekebun mawar, ruap hangat yang menyengat dan harum cium merangkum ruang. Tak ada yang hilang selain aku dan kamu saja. Selebihnya padang kegembiraan. Kau hadirkan riang kanak dan riuh ternak, taman berayun-ayun dan pagar pokok zaitun. Segala terlihat hijau dan anggun. Seperti kita yang dilanun awan maya berarak, begitu semarak. Kau & Aku: sungai jernih membelah lembah. Sejauh pandang tersembunyi suara fauna. Bebunyian purba sepenuh cinta. Bagaimana bisa kau gambarkan gelora yang begitu tabah memukul-mukul sekujur badan? Berbuhul-buhul tali maya ke surga. 2011

Kecup

Ini perjalanan doa Dari bibir setengah terbuka, singgah dia ke dalam dada. Dipastikan di pias pipi ini tak ada lagi air mata Dipaskan dia agar hangat dan sungguh terasa Dikuatkan pula debar yang tersebar agar semua yang menjalar tidaklah sia-sia Dengan mata terpejam, yang hendak dilanggam masak-masak terperam Lalu, dengan sayap-sayap sepi terbanglah kata-kata yang api. Kata-kata yang selalu kembali ke dalam hati. Seperti kecup di pipi terasa pula di kedua bilah bibirmu. 2011