Posts

Showing posts from May, 2016

Jaran Kepang

Kau belum menjadi, masih kumis dan alis dipertebal dengan arang. Dan kata-kata dibariskan seperti para prajurit hendak berperang. Dia belum bertalu, hanya doa-doa panjang dikamitkan di antara janggut. Sekepal nasi putih, segelas kental kopi tanpa gula, dibakarlah setanggi. Kau bertanya -- inikah yang sia-sia, Pertunjukan kata tanpa makna? Dia hanya tabuhan gambang dan canang. Dan dia bergerak tanpa arahan. Bergerak seperti ribuan ekor kuda memasuki sebidang tanah lapang. 2016

Kentrung

Dulu pantun, rebana dan timlung. Bukan ukulele, tapi cerita yang tak sepele. Dulu ia berjalan di pantai utara. Dari Tuban sampai Semarang. Berhari-hari diterangkan matahari. Supaya hatimu mau memberi. Tidak, dia tidak bercanda. Meski yang kau dengar serupa irama. Jangan sebut dangdut. Karena langkah sekarang, tak seringan hari yang kalut. Hari yang sering kau sebut. 2016

Intaglio

Dia menyakiti tubuhmu, tapi tidak pikiranmu. Kau tetap sehat dan beranak dan memenuhi bidang gambar. Dia menjadikan sejarah hitam, tapi memuliakan kehidupan. Kau jenak berpindah ladang. Memanen ubi dan kentang. Mencabut sehelai daun dan menjumput uban. Kau tergelak dan membayangkan Tuhan ikut tertawa. 2016

The Weather Project

Sebuah matahari besar menyala mendongakkan orang-orang yang berjalan di bawahnya. Sebuah ruang jadi jingga. Jadi pagar bagi sesiapa yang hendak bertanya -- akankah kabut jadi jelaga? 2016

Obliteration Room

Dia memberimu ruang putih, dan membiarkanmu masuk. Dan kau pun masuk dengan sejumlah titik aneka warna -- yang menurutmu cantik. Kau tempelkan titik-titik itu pada tembok, pada meja, kursi, kuda-kudaan kayu, lantai, alat makan, sofa, almari. Dan kau wara wiri, duduk, menelepon, bercengkerama, mendudukkan kanak di kuda-kudaan kayu, membaca buku. Dan kau pun pergi. Membiarkan ruang itu terbuka. Dia tertawa. Sekujur tubuhnya telah berbintik warna.  2016

Menyoal Kelahiran

Bapakku bukan dari masa lalu. Bapakku datang dari harapan akan masa depan. Ibuku tak pernah mau membuka pintu untuknya. Bapakku lahir dari keinginan zaman. Bukan dari tuntutan kenangan. Ibuku tak mengerti. Dia lebih dulu lari. Kalau kau bertanya; siapa aku, maka jawabnya serupa teka-teki. Aku besar dalam pikiran tapi kecil dalam perbuatan. Kalau kau tak mengerti, tak apa. Sebab aku tak pernah meminta untuk dimengerti sesiapa. Aku lahir untuk membesarkan bapakku dan menyuruh ibuku kembali. Supaya nanti akan lahir generasi baru yang benar-benar mengerti apa arti kelahiran itu sendiri. 2016