Posts

Showing posts from July, 2017

Puisi-Puisi Berlatar Imlek

Dedy Tri Riyadi Ya Sui 1/ Tak ada duka setelah kauterima segala yang merah dengan tabah. Ada mungkin sejumlah kecewa, tapi itu   karena tak bisa membaca pepatah. 2/ Ia, yang padamu diserahkan, semacam petuah – dahan hijau baik disimpan, burung berkicau terpancing datang. Kau, yang menerimanya, tentu paham juga – selagi sanak berkumpul, tidaklah patut menelisik isi sampul. 3/ Ia tak pernah menyesal sebab tahun baru awal. Hanya sedikit kesal pada yang menyoal – rencana menikah sudah pasti gagal? Ia malah merasa bahagia ketika langit jadi jingga. Ketika popo, nene, kungkung, yeye, duduk bersama di satu meja. 2017 Ya Sui           =        lengkapnya Ya Sui Qian, Angpao Popo             =        nenek dari pihak ibu, istilah Tionghoa Nene            =        nenek dari pihak bapak, Kungkung =        kakek dari pihak ibu, Yeye             =        kakek dari pihak bapak, Dedy Tri Riyadi Lay See 1/

Cahaya dan Warna

Cinta itu gelap, katamu, karenanya aku meraba, mencari, dan bertanya; "Apakah Kau cahaya dan semata cahaya?" Cinta itu nir warna, katamu, setelah bergelap, berterus terang, menemu yang padat, seterui yang mekar, dan me- mahami yang berguguran. "Apakah ia yang serupa bening prisma, dan segala warna dari cahaya diteruskan dari sana?" Ia meyakinkan diri. Meyakini bahwa cinta juga rupa-rupa warna yang menyebar. Yang tak dapat ia hitung dengan sabar, dengan jemarinya yang bergetar. 2017

Yusuf Meludahi Lututnya

Ia menggulung celana dan meludahi lututnya seperti menanggung cedera dan ingin menyudahi perihnya. Ini terjadi setelah sebuah pesta musik bubar, setelah anak-anak muda saling memberi kabar -- dunia harus dipersatukan dalam satu ikatan. Ini bermula ketika Yusuf hendak berwisata ke sebelah utara, dan yang ia sangka sebagai saudara ternyata dibenci oleh kerabat Yusuf paling dekat. Yusuf jatuh dengan kecewa. Lalu hiburnya pada lutut, pada kakinya; "Sekali-kali, adalah Yakub yang terluka di lututnya. Setelah bergulat dengan malaikat. Setelah itu, Allah-nya memberikan nikmat." 2017

Yusuf dan Kubur untuk Yeshua

Ia berangkatkan duka seperti membebat tubuh Yeshua dengan kain lenan pilihan. Ia berangkat dari Rama, dari kubur perjanjian Samwil dan Daud, untuk menghibur mereka yang tak terampil untuk menyebut Yeshua sebagai guru. Ia membuka kubur baru, "Biarlah, semua kekejaman ini buyar sebelum hari Paskah. Jagalah juga dengan seregu pasukan, sementara kuberi juga waktu meramu rempah-rempah dan balsam, sebagai bagian dari upacara pemakaman. Setelah itu, biarkan aku hanya bagian akhir dari suatu pemberian." Ia jadi semacam kesimpulan -- hidup seseorang kadang cukup dikenangkan karena satu perbuatan." 2017