Posts

Showing posts from March, 2013

Lonceng

Aku tak memanggilmu untuk memanggul kesedihan itu sendiri. Angin tak mengantarkan kabar ketelantaran juga. Yang berdentang itu kau gelandang  di padang-padang salju yang memucat  seperti usia. Aku memanggilmu dalam gigil, agar kau tak merasa terkucil. Dan deretan pinus adalah keratan sepi  terhunus. Dingin dan kaku dalam kebekuan  suaraku yang jatuh dan jauh dari  ketinggian minaret, dan dari kota yang disapih kata-kata hingga kita telah terpisah. 2013

Someday in May

Someday in May, I remember you as a garden, blossomed flower, and the song of the sky. Someday in May, I longing you, yes, it is true, and all of flowers, seems coloring your day. How hard I try to ease all memories, but kind like bees, everything goes around for the beauty of the time when we meet in Cheonggyecheon. So, someday in May, I regret that I somewhere lost, without you, kept by feeling of stray. 2013 This is a lyric for a competition about spring time in South Korea.

Larik-Larik yang Mirip Sajak

Kukenangkan tangismu : kesepian panjang. Angin yang dihempas dari rimbun dedaun pisang, : sapu tangan perpisahan. Jalan kecil ke balik kebun seperti masa lalu yang kutanggung, semakin gelap meskipun anggun. Di bawah mendung, ada yang nyaris tak tertampung, semacam kabut dari api unggun pembakar serasah. Aku seperti masih mendengar kau mendesah, barangkali ini hanya kegelisahan sementara. Seperti ruap asap dari sesuatu di dalam kebun, Dan seseorang yang berjalan menggiring ternak, berkali-kali mengusap wajah, menghapus keringat, menepis penat, sementara matahari tiba-tiba naik, memecah awan dengan larik-larik yang mirip sajak yang sangat ingin kugumamkan : untuk mengenangkan engkau. 2013

Yang Tiba-Tiba Ingin Menghilang

Secanggung guncang cangkul pada tanah di sisi pematang, kau tanggung sekumpulan kabar lapar burung-burung Selihai misai musang mengendus usia buah kopi, kau amsalkan hal-hal yang kudus, gerimis pagi Pada lutut belalang yang tertekuk, pada daun jagung dan ilalang yang busuk, kau titipkan satu-satunya duka : bocah-bocah berangkat sekolah Sebab pada buku-buku lusuh di dalam tas mereka, terjebak kata-kata yang ingin merdeka, ingin menyampai makna Hingga suatu pagi gerimis, menyisir pematang, langkah bocah-bocah membuat kaget burung-burung, musang, dan belalang. Membuncahkan sepi yang tiba-tiba ingin menghilang di balik gerimis itu 2013