Posts

Showing posts from July, 2008

Jika Kau Lihat ke Luar Jendela

Pintu pagar terbuka sebagai penjara bagiku, yang masuk ke halaman rumahmu dan enggan berpaling dan berlari lagi. Sepeda merah tua di bawah pohon mangga tak sedang menjemput kita, sebab aku tak akan pernah mengajakmu pergi melainkan memintamu singgah selalu. Dan seikat kembang di tanganku, bukan sejenis pikat, karena kita telah sepakat bukan oleh rupa kita terikat, tetapi pada hal-hal lain yang tak bisa kita temukan pada diri masing-masing. Jika kau lihat ke luar jendela, hanya ada aku dan tatapan iba, seakan bertanya "Apakah kau baik-baik saja?" Sebab aku telah lama berdiri menanti "Apakah aku yang kau tunggu-tunggu sedari tadi?" Dekat rerumputan sepasang sepatuku tergolek pasrah, hujan kemarin malam masih erat melagukan basah pada tubuhnya. Hingga pada siang itu, mereka terlihat gembira tanpa pernah bertanya, "Kau masih lama menunggu?" 2008

Di Bawah Payung Hitam

Sepatu melangkah pelan di antara isak dan harapan. 2008

Undangan Sastra Rabuan ke-4, 30 Juli 2008

Image

Dari Tepian Sungai

Santanu, perahu terakhir telah berlalu Tepian sungai hanyalah rimbun pucuk teratai, dan sekumpulan sunyi yang merajai diri. Di perut Gangga, seorang gadis dan lambung perahu kecil bermufakat bahwa borok, nanah dan kudis adalah jerat! Sedang kau, di bawah bayang dedaunan bayan tak hendak samadi atau meminta diri dari keriuhan kitab-kitab suci. 2008

Ketuban

Dialah yang membasuh jalanku, memberi tanda kelahiran. Seperti dentang genta kerbau mengabarkan burung-burung pipit, seperti keloneng kaleng-kaleng bekas indomilk di tangan kecilmu, meruntuh-rebahkan bongkah-bongkah gundah di antara lembah, di petak-petak sawah. Dari dipan tua dan kusam berlapis tilam, turunlah dia serupa sungai yang membelah desa, merimbunkan rumpun bambu dan menyemakkan batang-batang keladi. Digerusnya keras padas pada perbukitan kecil di ujung kampung. Seperti bidan desa di atas sepeda, angin yang menerpa wajah seakan waktu yang terasa begitu riuh,begitu gaduh. Di rongga dadaku, ada yang memukul kentongan di tengah malam; meminta untuk dilahirkan. 2008

Kapan Lagi, Penyairku?

Kapan lagi hujan yang rintik, kaugubah jadi bisik yang gema di telinga? Kapan lagi bunga yang kembang kauberi jadi gelombang yang riuh dalam diri? Kapan lagi rumpun yang rimbun, kausebut jadi embun yang tetes di tengah kalut? Kapan lagi kau yang resah, tumpah jadi galau yang tak sudah, Penyairku? 2008