Posts

Showing posts from November, 2017

Puisi-Puisi Yevgeny Yevtushenko (1933 - 2017)

Yevgeny Yevtushenko Para Pewaris Stalin Diam itu pualam. Kaca pun berkilau kebisuan. Diam penjaga dalam tegaknya, terpapar embusan angin. Gumpalan asap tipis meliuk di atas peti mati. Dan napas menelusup celah saat mereka melepaskannya dari pintu makam. Pelan peti mati itu terangkat, melintas tegakan bayonet. Ia juga terdiam - kepalan tangannya yang dibalsam, hanya pura-pura mati, dari dalam mengamati. Ingin ia atur posisi pengusung jenazah dalam ingatannya: para pemuda yang dipilih dari Ryazan dan Kursk, supaya nanti bisa ia kumpulkan kekuatannya untuk memilih, bangkit dari dalam kubur, dan merengkuh para pemuda yang tak mencerminkan keadaan bangsanya. Sudah ia rencanakan. Hanya tidur sekejap. Dan aku, mohon pemerintah kita, bikin petisi ke mereka menggandakan, bahkan melipatkan tiga, para penjaga di pintu itu, dan mencegah Stalin bangkit lagi. Juga, masa lalu, bersama Stalin dulu. Aku tak mengatakan masa lalu, yang suci dan berjaya, dari Turksib, dan Magnitka,

Mengenal Puisi Klasik Myanmar

U Kyin U Siput-Siput Laut Kalau sudah bertemu Kalau sudah melihat Kau baru percaya. Betapa aneh melihatnya Di lengkungnya tepi pantai Bergerombol siput-siput itu Putih, merah, kuning, dan biru Bergerak dan memamerkan dirinya Seperti deret peniti emas Atau koper-koper besi Sedang lainnya – jepit rambut peri Oh? Kelomang! Mengarah ke mari atau pergi ke sana Dan ke mana saja Sungguh pemandangan menarik Dengan meminjam Cangkang-cangkang kosong siput laut Lalu hidup di dalamnya Dan bergerak di dalamnya Sungguhlah aneh semua ini. U Kyin U Barisan Tentara Kita tak pernah takut pada apapun! Kita pemberani dan nekat Siap berkorban nyawa Dengan Parpahein berbaris ke kotaraja Hari ini adalah hari kemenangan. Pada tenda kami di belantara Menghijau ranting-ranting Bersemi kuncup bebunga; Manis terdengar seluruh suara Genderang dan gong melengking Pada keteduhan cahaya senja. Begitu kabut dan gemawan menyisih Kami hancurkan musuh tanpa jeri Zeyath

Puisi-Puisi César Vallejo (1892 – 1938)

César Vallejo Batu Hitam pada Batu Putih Aku akan mati di Paris bersama hujan, suatu hari yang telah aku ingat. Aku akan mati di Paris - dan aku tak berkarat Mungkin suatu Kamis, seperti hari ini, di musim gugur. Pastinya Kamis, karena hari ini, Kamis, yang jemu mengatakan larik-larik ini, tulang lengan atas yang kuletakkan pada keburukan dan, tak seperti hari ini, aku telah bisa, dengan bermacam caraku sendiri, melihatku kesepian. César Vallejo telah mati, mereka memukulinya tanpa satu pun alasan kenapa mereka lakukan; bertubi-tubi mereka memukulinya dengan kayu berulangkali pula dengan tambang; mereka saksi pada hari Kamis dan sepotong tulang lengan atas, kesepian, hujan, dan jalanan... César Vallejo Paris, Oktober 1936 Dari semua ini, hanya aku yang pergi Dari bangku ini aku pergi, dari celanaku, Dari gempita situasi yang kupunya, dari perbuatanku dari nomorku yang menyisih dari satu ke lain sisi, Dari semua ini hanya aku yang pergi. Dari Champs