Puisi-Puisi Yevgeny Yevtushenko (1933 - 2017)
Yevgeny Yevtushenko
Diam itu pualam. Kaca pun berkilau kebisuan.
Diam penjaga dalam tegaknya, terpapar embusan angin.
Gumpalan asap tipis meliuk di atas peti mati.
Dan napas menelusup celah
saat mereka melepaskannya dari pintu makam.
Pelan peti mati itu terangkat, melintas tegakan bayonet.
Ia juga terdiam - kepalan tangannya yang dibalsam,
hanya pura-pura mati, dari dalam mengamati.
Ingin ia atur posisi pengusung jenazah dalam ingatannya:
para pemuda yang dipilih dari Ryazan dan Kursk,
supaya nanti bisa ia kumpulkan kekuatannya untuk memilih,
bangkit dari dalam kubur, dan merengkuh para pemuda yang
tak mencerminkan keadaan bangsanya.
Sudah ia rencanakan. Hanya tidur sekejap.
Dan aku, mohon pemerintah kita, bikin petisi ke mereka
menggandakan, bahkan melipatkan tiga, para penjaga di pintu itu,
dan mencegah Stalin bangkit lagi.
Juga, masa lalu, bersama Stalin dulu.
Aku tak mengatakan masa lalu, yang suci dan berjaya,
dari Turksib, dan Magnitka, dan bendera dikibarkan di seluruh Berlin.
Masa lalu, untuk kasus ini, yang kumaksudkan adalah
ketika pemerintah abai pada masalah rakyat, tuduhan-tuduhan palsu,
memenjarakan mereka yang tak bersalah.
Kami menabur tanaman kami dengan tulus.
Begitu pula, tulus kami lelehkan logam,
dan bergerak dengan tulus, mengikut barisan.
Namun ia takut akan kita. Memercaya tujuan mulia,
ia buat segalanya lurus setujuan hanya bagi akhir gemilang.
Ia memang visioner. Mahir dalam seni pertikaian politik,
ia tinggalkan banyak pewarisnya di dunia ini.
Aku bayangkan ada telefon dalam peti matinya:
Stalin beri perintah Enver Hoxha.
Dari dalam peti mati ke mana lagi kabel telefon itu menuju!
Belum, Stalin belum mau menyerah. Ia pikir bisa menipu maut.
Kami membawanya keluar makam.
Namun bagaimana cara hapuskan para pewaris Stalin dari Stalin itu sendiri!
Beberapa dari pewaris-pewarisnya itu tampaknya bangkit di masa pensiun mereka,
diam-diam memikirkan waktu luang yang diberikan pada mereka tak akan lama lagi.
Yang lainnya, dari peron stasiun, termasuk yang memendam kebencian pada Stalin,
nyatanya, pada malam hari rindu pada masa lalu.
Tak heran jika para pewaris Stalin pada hari-hari ini tampak
menderita gangguan jantung. Mereka, yang dulu antek-anteknya,
membenci zaman yang telah mengosongkan kamp tahanan
dan memenuhi banyak audiotorium dengan orang-orang
hadir menyimak puisi para penyair.
Tapi Partai mengurangkan semangatku hingga tak bisa berbangga.
"Tak usah dipikirkan," kata seseorang, tapi aku tak bisa terus berdiam diri.
Stalin, saya bayangkan, masih mengamati dari dalam makam.
Para Pewaris Stalin
Diam itu pualam. Kaca pun berkilau kebisuan.
Diam penjaga dalam tegaknya, terpapar embusan angin.
Gumpalan asap tipis meliuk di atas peti mati.
Dan napas menelusup celah
saat mereka melepaskannya dari pintu makam.
Pelan peti mati itu terangkat, melintas tegakan bayonet.
Ia juga terdiam - kepalan tangannya yang dibalsam,
hanya pura-pura mati, dari dalam mengamati.
Ingin ia atur posisi pengusung jenazah dalam ingatannya:
para pemuda yang dipilih dari Ryazan dan Kursk,
supaya nanti bisa ia kumpulkan kekuatannya untuk memilih,
bangkit dari dalam kubur, dan merengkuh para pemuda yang
tak mencerminkan keadaan bangsanya.
Sudah ia rencanakan. Hanya tidur sekejap.
Dan aku, mohon pemerintah kita, bikin petisi ke mereka
menggandakan, bahkan melipatkan tiga, para penjaga di pintu itu,
dan mencegah Stalin bangkit lagi.
Juga, masa lalu, bersama Stalin dulu.
Aku tak mengatakan masa lalu, yang suci dan berjaya,
dari Turksib, dan Magnitka, dan bendera dikibarkan di seluruh Berlin.
Masa lalu, untuk kasus ini, yang kumaksudkan adalah
ketika pemerintah abai pada masalah rakyat, tuduhan-tuduhan palsu,
memenjarakan mereka yang tak bersalah.
Kami menabur tanaman kami dengan tulus.
Begitu pula, tulus kami lelehkan logam,
dan bergerak dengan tulus, mengikut barisan.
Namun ia takut akan kita. Memercaya tujuan mulia,
ia buat segalanya lurus setujuan hanya bagi akhir gemilang.
Ia memang visioner. Mahir dalam seni pertikaian politik,
ia tinggalkan banyak pewarisnya di dunia ini.
Aku bayangkan ada telefon dalam peti matinya:
Stalin beri perintah Enver Hoxha.
Dari dalam peti mati ke mana lagi kabel telefon itu menuju!
Belum, Stalin belum mau menyerah. Ia pikir bisa menipu maut.
Kami membawanya keluar makam.
Namun bagaimana cara hapuskan para pewaris Stalin dari Stalin itu sendiri!
Beberapa dari pewaris-pewarisnya itu tampaknya bangkit di masa pensiun mereka,
diam-diam memikirkan waktu luang yang diberikan pada mereka tak akan lama lagi.
Yang lainnya, dari peron stasiun, termasuk yang memendam kebencian pada Stalin,
nyatanya, pada malam hari rindu pada masa lalu.
Tak heran jika para pewaris Stalin pada hari-hari ini tampak
menderita gangguan jantung. Mereka, yang dulu antek-anteknya,
membenci zaman yang telah mengosongkan kamp tahanan
dan memenuhi banyak audiotorium dengan orang-orang
hadir menyimak puisi para penyair.
Tapi Partai mengurangkan semangatku hingga tak bisa berbangga.
"Tak usah dipikirkan," kata seseorang, tapi aku tak bisa terus berdiam diri.
Stalin, saya bayangkan, masih mengamati dari dalam makam.
Comments