Posts

Showing posts from February, 2008

Sajak Dalam Sepatu

Ke dalam sepatu, kuasingkan diriku belajar mengakrabi bebauan tubuh yang kusembunyikan selalu, juga berlindung dari pasir, lumpur dan debu. Di dalam sepatu, aku bertemu sajakku. Sajak yang igaunya mirip mimpiku. Mimpi tentang kaki yang berjalan dengan arah tak menentu. Maka aku dan sajakku sama-sama teriak di dalam sepatuku : "Langkahku! Langkahku! Jangan pernah tinggalkan aku!" 2008

Tentang Kita

Kita bukan dua loh batu, tak saling lengkapi pesan. Sibuk menyusun bisu di ujung telepon tengah malam. Tapi kita tak seironi wajah-wajah di lukisan Jalu Trisapta, Sebab aku berusaha ramah, dan kau selalu tersenyum indah. Meski kita saling tahu, rahasia apa yang kita buhulkan di ujung selimut, di kaca berkabut, dan lama kita pendam. Yakinlah, aku tak sedang menduga seberapa tipis gaun tidurmu, atau warna celana dalammu, Manis. Sebab, di puncak rasa, ragamu-ragaku sudah bersetubuh sempurna. Hanya saja, kita tak pernah berpeluh. Dan nanti subuh, aku jamasi sendiri kepala dari mimpi akan kata-kata yang tak pernah punya arti. Aku semakin yakin, di ujung telepon yang tergantung di sisi ranjangmu, ada igau tak pernah tersambung. 2008

Ini Seperti Cinta Pertama

Ketika jangkar terangkat, mesin mulai terdengar menyentak geladak, dan balingbaling berputar mengombak. Pantai dan pelabuhan seolah ibu dan kakak perempuan, berdiri memunggungi tiang-tiang kapal, tak sanggup menahan haru sebuah perjalanan ke dunia baru. Lalu ada suara camar di antara riuh ombak dan isak tangis keharuan, serupa doa-doa di ambang fajar, sebelum mengikat erat tali sepatu, serta mengunci rapat-rapat daun pintu. Sehingga suara itu semakin bertalu seperti rindu, seperti kecipak koin jatuh di muka laut atau lepasnya tali dari karat tiang paut di dermaga itu. Ini seperti cinta pertama, di mana harapan dan ragu seakan erat menyatu. Hingga tak sanggup lagi kubuka kelopak mata, sekedar nikmati senja di kaki langit sebelah utara. 2008

Global Dreaming

Pucuk demamkah yang mengigau di ujung harimu? Setelah selimut dan kasut kaucampakkan dekat tanduk-tanduk mezbah dan lilin aroma terapi, ada semacam rekaman sajak di benakmu seperti acara televisi yang diam-diam minta diri tepat jam satu dini hari. Sesuatu tengah berkobar di antara kerut kening dan mata terpicing, gegas hujan dan jaket umbro ukuran enam serta siluet wajah seorang jantan, yang nafasnya menderu di telinga, yang genggam tangannya jadi luka di ujung pesta dansa. Pintu dan jendela belum terkancing, jadi bagian kenangan yang belum bisa kau tidurkan hari ini. 2008