Jerung
1.
JERUNG-kah jiwaku?
mengejar kau berenang
melayar ke penjuru pandang
walau arus menggerus
dan kapal merintang, meringkus
dalam jaring, aku tak hendak berbaring
dalam daging, aku berontak: mengingin!
JERUNG-kah jiwaku?
selalu ganas di deras samudera
selalu tak puas merindu kau
yang mengembara
mencari tenang di antara ombak
ADA yang tak henti letih
di sekeliling buih
seperti perih pada luka
seperti nyeri tak sudah
dan nyanyian nelayan adalah kidung pengharapan
yang terdengar di kibas kain layar
di antara riuh camar
dan kerlap cahaya suar
adakah kau mendengar?
2.
O, Lanun! Darah siapa telah kautumpahkan
dari geladak hingga gelorakan rasa lapar
yang tumbuh sejak dagingku lahir,
gemuruhkan suara ombak yang meriuh
dalam lambung para penyair -- dan seolah
baru saja ada syair diciptakan oleh laut,
layar, dan angin.
O, Layar! Cinta yang berkobar-kobar,
angin-lah risau rindu yang menggebu,
yang berseru demi namamu -- dan hatiku
sudah lebih dulu karam, seperti pelaut
diserang demam sejak kapal lepas
dari tambat temali, dari rapal doa pagi.
Aku jerung yang ganas
melahap apa yang kaulemparkan
dari papan langkan ke laut lepas.
Dari balik ombak, kutampakkan
seujung sirip sebagai tegakan:
rindu itu mirip teritip -- di lambung kapal,
selalu beserta pelayaranmu.
3.
LEBIH buas dari lanun,
aku akan menyerangmu!
Lebih luas dari laut,
kesabaranku untuk menantimu
jatuh
di
tubuh
laut
yang
teduh
laut yang mengaduh
saat tajam geligiku
memburai dagingmu.
2012
JERUNG-kah jiwaku?
mengejar kau berenang
melayar ke penjuru pandang
walau arus menggerus
dan kapal merintang, meringkus
dalam jaring, aku tak hendak berbaring
dalam daging, aku berontak: mengingin!
JERUNG-kah jiwaku?
selalu ganas di deras samudera
selalu tak puas merindu kau
yang mengembara
mencari tenang di antara ombak
ADA yang tak henti letih
di sekeliling buih
seperti perih pada luka
seperti nyeri tak sudah
dan nyanyian nelayan adalah kidung pengharapan
yang terdengar di kibas kain layar
di antara riuh camar
dan kerlap cahaya suar
adakah kau mendengar?
2.
O, Lanun! Darah siapa telah kautumpahkan
dari geladak hingga gelorakan rasa lapar
yang tumbuh sejak dagingku lahir,
gemuruhkan suara ombak yang meriuh
dalam lambung para penyair -- dan seolah
baru saja ada syair diciptakan oleh laut,
layar, dan angin.
O, Layar! Cinta yang berkobar-kobar,
angin-lah risau rindu yang menggebu,
yang berseru demi namamu -- dan hatiku
sudah lebih dulu karam, seperti pelaut
diserang demam sejak kapal lepas
dari tambat temali, dari rapal doa pagi.
Aku jerung yang ganas
melahap apa yang kaulemparkan
dari papan langkan ke laut lepas.
Dari balik ombak, kutampakkan
seujung sirip sebagai tegakan:
rindu itu mirip teritip -- di lambung kapal,
selalu beserta pelayaranmu.
3.
LEBIH buas dari lanun,
aku akan menyerangmu!
Lebih luas dari laut,
kesabaranku untuk menantimu
jatuh
di
tubuh
laut
yang
teduh
laut yang mengaduh
saat tajam geligiku
memburai dagingmu.
2012
Comments