Malaikat di Ujung Jalan

Ini pengembaraan yang bahagia
kita akan selalu bersama-sama,
kaki dan sepatu
tak pernah lagi peduli pada batu
atau pada langit yang setengah menangis,
setengah tertawa.

Ini juga penggembalaan yang bersahaja,
tak perlu lagi peduli pada hujan dan senja
yang saling memainkan daun dan jendela itu.

Kita berdua saja berjalan.
Dan seperti telah saling tahu
kapan akan berhenti, menepi, istirahat,
atau berlari kembali, kita tak akan banyak bicara.

Kau tentu tahu, bagaimana aku telah lama
mempersiapkan sepasang sepatu
sebagaimana engkau tak berhenti
yakin dan berdoa; ada sepasang kaki
yang kuat, lalu mengikatmu erat
pada perjalanan seakan tanpa penat ini.

Maka kita tak akan lagi peduli
pada hal-hal selain perjalanan ini.

Pernah sekali kita sepakat
untuk berhenti, saat kulihat
ada malaikat di ujung jalan
memainkan sebilah belati.

Aku kuatir kau akan terluka dan mati,
engkau takut aku tak akan pernah sanggup lagi berlari.

2009

Comments

Malaikat Kecil said…
aku sukaaaaaaaaaaa :

"Aku kuatir kau akan terluka dan mati,engkau takut aku tak akan pernah sanggup lagi berlari."

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung