Sampai aku dipertemukan denganmu, ada yang selalu ragu bahkan hanya untuk sekedar bertanya, "Berapa kuntum mawar yang pantas dalam satu kantung melati untuk kutebarkan di atas kuburku?" Dan ketika tanganmu menakar bunga, kubayangkan tangan maut mengapai-gapai di atas kepala, di dalam dada, hingga kukatakan padamu, " Tak perlu kenanga, atau cempaka. Cukup mawar dan melati saja." Aku - sebagaimana maut - melangkah tergegas. Ah, seperti juga engkau, bukan? Yang membuat kenangan bertunas, berkembang, dan akhirnya di musim seperti ini, berguguran dedaunannya. Sebentar lagi sampai ke pintu makam, di mana lengkung tangan maut telah selesai memagut, dan selepasnya akan kutemukan sejumlah nama yang sering disirami dan ditebari bunga-bunga kesedihan, kerinduan, dan kerelaan. Dan di sana, sebelum kutaburkan sekantung bunga ini, akan kuingat kembali tanganmu : tangan yang kerap membelai tepi waktu. 2009