Menyerahkan Keakuan untuk Menjernihkan Keadaan
Menyerahkan Keakuan untuk Menjernihkan Keadaan … Di sana di di gurun aku mati terbaring Sampai suara dari langit berdenging: “Bangkit O Nabi! Kehendak-Ku kerjakanlah, Kau kini telah menerima dan mendengarnya. Di darat dan di laut tanggunganmu penuh Dan membakar hati manusia dengan kalam-Ku.” (Sang Nabi, Alexander Pushkin) Dalam puisi Sang Nabi, karya Alexander Pushkin itu, disebutkan pada akhirnya nabi itu akan mati. Menihilkan diri. Menjadikan (kehendak) Tuhan yang menjadi. Seperti apapun kondisi yang menjadi latar kenapa zaman perlu disuarakan. Namun, peranan nabi itu tidak berhenti, meski ia sudah mati. Ia akan terus disebut dan diseret dalam pemikiran mereka yang membaca dan mengalami zaman (dan karya kenabiannya) itu. Sebutlah, semisal saat ini kita tengah menghadapi pagebluk, kita pasti teringat akan ketabahan Ayub. Tokoh dalam alkitab itu mengalami kenahasan luar biasa. Anak-anaknya baik laki-laki dan perempuan mati mendadak. Demikian pula ternak dan ladangnya pun hancur musna