Arjuna
: Pradnya Paramitha Kau tak pernah salah jika menyebut diriNya: Panah, sebab ada sesuatu yang kelak membuatmu terluka dan berdarah sesaat setelah kudengar sederu seru; "Kita anak-anak Sang Angin," katamu, "Tak akan pernah bisa bertahan, walau telah dibendung daun dan dahan, digenggam kenangan pada bingkai tingkap waktu." Maka setiap hari, Dia berlari. Tanpa pernah sedetikpun berhenti, seperti baru saja dilepaskan dari tangan gendewa, sebelum sampai pada dada burung kayu di balik rerimbun itu. 2010