Posts

Showing posts from June, 2010

Arjuna

: Pradnya Paramitha Kau tak pernah salah jika menyebut diriNya: Panah, sebab ada sesuatu yang kelak membuatmu terluka dan berdarah sesaat setelah kudengar sederu seru; "Kita anak-anak Sang Angin," katamu, "Tak akan pernah bisa bertahan, walau telah dibendung daun dan dahan, digenggam kenangan pada bingkai tingkap waktu." Maka setiap hari, Dia berlari. Tanpa pernah sedetikpun berhenti, seperti baru saja dilepaskan dari tangan gendewa, sebelum sampai pada dada burung kayu di balik rerimbun itu. 2010

Benda-Benda yang Kubawa Mandi

Sikat Gigi Bernyanyilah. Biar aku mengatur barisan ini serapatnya. Sedapatnya. Hidup ini seperti bertanya: Apakah benar gusi mengikat kuat geligi, ataukah geraham yang erat mencengkeram? Bernyanyilah. Agar hati tetap jenak walau bertemu yang retak dan berkerak. Setelah merasa bersih dan wangi, menjadilah! Walau hanya di wajah cermin. 2010 Sabun Mandi Kau jatuhkan bacin yang paling tubuh ke licin kulit yang paling lilin itu. Kupunguti wangi yang begitu merayu di setiap lekuk dan lecur. Agar ruap setiap bentuk. Agar harap segenap kujur. Dan di segar tetesan terakhir, kau menyala dengan api yang paling dingin. 2010 Handuk Sejak semula, dia ingin menjadi peziarah. Menyentuh ceruk resah, memeluk tubuh yang basah. Aku tak akan pernah melupakan dekap itu, sebab lengannya begitu lembut dan hangatnya terlampau menghanyutkan. Dan aku pun terus berputar-putar mencari saat untuk mengakhiri. Saat untuk memulai sesuatu yang bisa-bisanya kau sebut sebagai keterlepasan. Seperti ketelanjangan tanpa pur...

Sajak Syampu

Dia bicara dengan bahasa rambut; belai lembut, helai halus dan hirup wangi. Siapa mengira; setiap kala penuh makna, di balik keluh kelemumur dan riuh luruh. Ketika dia menulis puisi dengan air segayung, tunduklah! Sebab ada yang kelak limbung dari pucuk perkiraanmu. 2010

Sajak Handuk

Sejak semula, dia ingin menjadi peziarah; menyentuh ceruk resah, memeluk tubuh yang basah. Aku tak akan pernah melupakan dekap itu sebab lengannya begitu lembut dan hangatnya terlampau menghanyutkan. Dan aku pun terus berputar-putar mencari saat untuk mengakhiri, saat untuk memulai sesuatu yang bisa-bisanya kau sebut itu keterlepasan. Seperti suatu ketelanjangan tanpa pura-pura yang terus kau bentangkan di depanku, di lenganmu itu. Ah, andai saja dingin sepi tak lagi menyiksa, akan kupeluk dirimu lebih lama. Seperti seorang pecinta. 2010