Benda-Benda yang Kubawa Mandi

Sikat Gigi

Bernyanyilah.

Biar aku mengatur barisan ini serapatnya.
Sedapatnya.

Hidup ini seperti bertanya:
Apakah benar gusi mengikat kuat geligi,
ataukah geraham yang erat mencengkeram?

Bernyanyilah.

Agar hati tetap jenak
walau bertemu yang retak dan berkerak.

Setelah merasa bersih dan wangi,
menjadilah! Walau hanya di wajah cermin.

2010

Sabun Mandi

Kau jatuhkan bacin yang paling tubuh
ke licin kulit yang paling lilin itu.

Kupunguti wangi yang begitu merayu
di setiap lekuk dan lecur.

Agar ruap setiap bentuk.
Agar harap segenap kujur.

Dan di segar tetesan terakhir,
kau menyala dengan api
yang paling dingin.

2010

Handuk

Sejak semula, dia ingin menjadi peziarah.
Menyentuh ceruk resah, memeluk tubuh yang basah.

Aku tak akan pernah melupakan dekap itu,
sebab lengannya begitu lembut dan hangatnya
terlampau menghanyutkan.

Dan aku pun terus berputar-putar
mencari saat untuk mengakhiri.
Saat untuk memulai sesuatu
yang bisa-bisanya kau sebut
sebagai keterlepasan.

Seperti ketelanjangan tanpa pura-pura
yang terus kau bentangkan di depanku.
Di lenganmu itu.

Ah, andai saja dingin sepi tak lagi menyiksa,
akan kupeluk dirimu lebih lama

seperti seorang pecinta.

2010

Syampu

Dia bicara dengan bahasa rambut.
Belai lembut, helai halus, dan hirup wangi.

Namun siapa mengira;
setiap kala penuh makna di balik keluh kelemumur
dan riuh luruh itu.

Tundukkan saja kepalamu,
ketika dia menulis puisi dengan air segayung,
sebab ada yang kelak limbung

dari suatu puncak perkiraan.

2010

Comments

Ganjar Sudibyo said…
mas dedy....aku ganz pecandukata....saya simpan blog mas di blog saya ya...
Ook Nugroho said…
tambah mantap aja ...
dedyriyadi said…
@ ganz : silakan...

@ pakde OOk : yang hebat kan pakde ..

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun