Tirani Hujan dan Basa Basi Sepi

Angkutlah akut sedihmu hingga jukut terikut pada sikut dan lutut,
angkutlah sampai tubir di mana tak ada lagi bibir mendesir kata-kata.
Di sini, hujan begitu edan sampai-sampai tak bisa lagi dibedakan:
mana genangan, mana kenangan. Ialah kabut sengit merebut binar mata.
Ia pula sepi mengentak-entak di ujung gang, sepi yang pekak dan
suka berteriak dan menempelkan stiker-stiker di pantat bajaj, angkot,
kopaja. Di pohon-pohon, ia berulah. Berubah jadi logam dan bau garam.
Dia akan datang ke kotamu. Karena itu, angkutlah akut sedihmu sampai
tak dikenali lagi cahaya matahari dan habluran warna pelangi di jembatan.
Atau pada sebuah pantai di dalam lagu milik seseorang yang mirip Mozart.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung