Dua Bulan di Puncak Gunung -- Lamentasi

Lamentasi

Menangislah! Menangislah! Menangislah!

Menangislah tembok-tembok Emesa,
Menangislah batu-batu benteng Bhangarh,
Menangislah tiang-tiang menara Babel,
Menangislah gerbang San Gervasio,
Menangislah pelataran Jerash,
Menangislah selokan-selokan Song,
Menangislah bayang teduh batang tarbantin,
sebab hari-hariku tak bersamamu lagi.

Aku akan menangis denganmu...
Tidak, aku tak akan menangis denganmu!
Aku akan menangisi keadaanku sendiri.

Aku menangisi Kerinci
Aku menangisi Arjosari
Aku menangisi Pajamben
Aku menangisi Sada Kaler dan Ciawitali
Aku menangisi Rawa Singkil
Aku menangisi Talise
Aku menangisi Brantas dan Ciliwung
Aku menangisi laut utara di Teluk Jakarta
Aku menangisi hutan-hutan di Kalimantan dan Papua

Aku menangisi diri yang makin tak berdaya.
Namun tak kutangisi sesuatu yang kelak tiada.

Menangislah! Menangislah! Menangislah!

Menangislah untuk sesuatu yang engkau ingini.
Menangislah untuk dirimu sendiri.
Dan aku akan menangis bersamamu.

Dalam tangisan, kita selalu bersama.
Dalam tangisan, kita semua bersaudara.

2018

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung