Hagar dan Kebangkitan Nasional
Entah kenapa nama itu terlintas saat saya sedang menuliskan apresiasi untuk sekumpulan puisi dari tiga penyair. Nama itu terlintas saat terdengar azan salat zuhur berkumandang tadi.
Hagar adalah nama budak milik Abraham yang atas saran Sara, istri Abraham, dijadikan pemenuhan keinginan Abraham agar mempunyai anak. Dengan keadaan ini, Hagar menjadi perempuan lain dalam rumah tangga Sara dan Abraham. Ini memang berbeda dengan cerita The World of The Marriage, drama korea yang konon pada episode terakhirnya mendapatkan rating tertinggi dalam sejarah pertelevisian di sana. Da Kyung merebut Tae Oh dari tangan Sun Woo, sementara Sara mengizinkan Hagar memasuki hidup Abraham.
Di dunia lama saat itu, budak adalah milik. Konsekuensi tanpa diakui sebagai ibu dari anak Abraham, sudah jadi derita Hagar. Tinggal nanti bergantung pada keinginan Abraham terhadap Ismael ("Dengarlah Tuhan," arti namanya) apakah ia akan mengangkat putera dari keturunan budaknya itu sebagai anak kandung atau akan memberlakukan Ismael sebagai budak seperti ibunya. Dan ia pun pasrah ketika Sara hamil dan melahirkan Ishak ("Ia tertawa, arti namanya).
Apalagi ketika Sara mengadukan pada Abraham tingkah usil Ismael terhadap Ishak, ia makin pasrah. Ia tahu impiannya menjadi orang merdeka seperti Sara dan Abraham pupus sudah. Namun, Tuhan berkehendak lain. Abraham melepaskan Hagar dan Ismael dari kepemilikannya. Kesannya, jika membaca kitab suci begitu saja, kejam Abraham ini. Sudah dihamili, kasih anak, terus dibuang.
Agar bisa hidup layak tanpa diburu kembali, Hagar harus secara diam-diam dilepaskan, karena statusnya masih budak. Beda jika yang dilepaskan hanyalah Ismael. Tidak hanya dilepas, dalam kitab suci, Abraham mengantar mereka ke wilayah yang sepi. Tujuannya juga untuk menjaga posisi Hagar tetap bebas, tidak diburu kembali oleh pemburu budak. Kemerdekaan ini lebih berarti dari apapun bagi seorang budak seperti Hagar.
Hagar, yang konon arti dari namanya adalah pelarian, adalah gambaran dari kita. Kadang kita ingin mengalami transformasi dalam hidup tetapi tidak tahu harus dari mana untuk memulai. Seperti Hagar, kadang kita harus menderita, bertambah beban, baru bisa menikmati perubahan dalam hidup. Yang bisa kita ambil dari kisah hidup Hagar sebenarnya mengerti terlebih dahulu arti kemerdekaan dalam hidup kita. Bagaimana kita bebaskan diri kita dari aneka "perbudakan" yang mengungkung kita. Barulah setelah memahami itu, kita bisa tentukan arah untuk melangkah.
Saat ini, di hari Kebangkitan Nasional, saya prihatin dengan tindakan pemerintah yang hanya merasa ekonomi-lah jalan menuju pada kebahagiaan masyarakat. Sementara masyarakat pun tidak betah dikungkung oleh aneka aturan yang menurut mereka tidak jelas, yang hasilnya pelanggaran PSBB terjadi di mana-mana dan semakin marak. Padahal Covid-19 masih mengancam daya hidup kita. Tetap sehat, teman-teman. Tetap berkarya untuk menunjukkan bahwa kita adalah insan merdeka.
Comments