Tentang Mapogo


Pada tahun 2006 sampai dengan 2012, terjadi kematian singa jantan baik besar atau kecil lebih dari 100 ekor di Afrika Selatan. Hal ini terjadi bukan karena maraknya perburuan liar ataupun kelaparan, melainkan karena aksi brutal dan sadis yang dilakukan oleh satu kelompok singa jantan yang disebut Mapogo. Kelompok yang hidup pada daerah bernama Sabi Sand di taman suaka margasatwa Kruger ini terdiri dari 5 ekor singa jantan yang berasal dari satu kelompok yang disebut Sparta, yang karena kalah saing dengan jantan alfa kemudian membentuk kelompok sendiri.
Mereka terdiri dari Si Ekor Bengkok (disebut demikian karena ekornya mempunyai lekukan di ujung), Mr. T (karena rambut surai di kepalanya sedikit botak di kanan dan kiri, dan juga disebut sebagai Setan karena ia paling sadis ketika membunuh singa yang lain, termasuk melahap anak-anak singa), Si Ganteng (karena ia memang tampak lebih anggun dari yang lain), Rasta (karena ada sedikit rambutnya yang gimbal), dan Si Gimbal (karena ia punya dua gimba tebal pada surai di bawah wajahnya). Kelima singa jantan ini memang saudara, karena lahir dari satu alfa jantan yang sama dari kelompok Sparta. Sebenarnya masih ada satu lagi jantan yang masih sangat muda, tetapi ia mati dalam sebuah serangan, dan seekor singa jantan lain yang terusir dari kelompoknya ikut bergabung dengan lima ekor singa jantan ini, dan karena tubuhnya yang besar, ia disebut Makulu (menurut bahasa orang zulu artinya besar).
Meski ada kecenderungan anggapan bahwa singa-singa jantan muda terusir dari kelompoknya, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya mereka tidak lantas dikeluarkan dari kelompok asal mereka melainkan mereka harus bergerak seperti satu kelompok sendiri di dalam satu kelompok besar asal indukan mereka. Namun, dengan masuknya Makulu yang berasal dari kelompok indukan lain, Mapogo menjadi terpisah sama sekali dengan Sparta.
Dalam berburu, Mapogo selalu bersama-sama. Tidak ada pembagian tugas seperti halnya kelompok singa normal yang biasanya paling berperan dalam berburu adalah induk betina sedangkan jantan alfa hanya berjaga wilayah. Mapogo tidak begitu. Mereka bergerak bersama, membunuh bersama. Belajar membunuh dari kerbau liar, lalu meningkat hingga zarafah dan gajah. Dan untuk perluasan wilayah buruan, mereka pun harus menyingkirkan kelompok-kelompok lain yang menjadi saingan.
Kelompok singa Manjigilane menjadi korban kebuasan Mapogo. Seekor singa jantan alfa yang muda dikeroyok oleh mereka, lalu tubuhnya dicabik-cabik hingga terbelah dua. Selama 4 tahun, dari 2006 hingga 2010, membagi dua wilayah; yang utara dilakukan oleh Si Ekor Bengkok dan Mr. T, sedang selatan oleh sisanya, mereka melakukan teror kekuasaan dari satu ke lain kelompok, bukan hanya singa jantan alfa yang dibunuh, kadang bersama pula betina dan anak-anak singa yang masih kecil. Dan tidak hanya dibunuh tetapi dimangsa juga. Praktek kekejian Mapogo menjadi hal yang seru diperbincangkan karena aksi kanibalisme yang jarang sekali terjadi di dunia singa.
Sampai tahun 2010, singa-singa Mapogo mulai membentuk kelompok-kelompok keluarga sendiri-sendiri, dan itulah akhir dari kejayaan kelompok ini. Kelompok Manjigilane baru menyerang kelompok Si Ekor Bengkok dan Mr T. Dunia menyaksikan kematian Si Ekor Bengkok karena kerja para peneliti dan pembuat film dokumenter yang tak jemu memfilmkan fenomena kelompok Mapogo ini. Mr. T yang menderita kekalahan menuju ke selatan pada kelompok-kelompok pribadi saudara-saudaranya.
Beberapa bulan setelahnya, Rasta mati dalam serangan koalisi kelompok singa lain. Si Gimbal tak kembali dari perburuan malamnya, orang menduga ia dibunuh para pemburu liar. Mr. T mengalami naasnya sama seperti Si Ekor Bengkok, diserang mendadak oleh para singa muda dari kelompok Selati. Makulu mati diserang kelompok Kruger, hanya Si Ganteng yang tidak tahu bagaimana ia mati. Ia terakhir terlihat dalam kondisi kurus dan lemah. Kemungkinan sudah sakit-sakitan dan kelaparan.
Dunia bisa melihat seluruh cerita ini, karena ada dokumentasi yang lengkap yang dilakukan oleh orang-orang yang telaten dan sabar memerhatikan tingkah para singa di taman nasional Kruger Afrika Selatan ini. Belum pernah ada ahli binatang dan perilaku hewan yang mengeluarkan teori tentang apa dan bagaimana singa-singa jantan muda yang ditundung dari kelompoknya ini bisa bersatu dan mengalahkan kelompok-kelompok lain layaknya sekawanan gangster yang menyapu bersih saingan di wilayah mereka. Dan mungkin karena karya dokumenter ini, para ahli akhirnya tahu bahwa ada sekelompok singa jantan yang bisa tetap dalam satu kelompok besar tetapi membagi wilayah kerja dan membentuk kelompok sendiri-sendiri seperti Mapogo ini.
Dan yang lebih mencengangkan lagi, sebenarnya, kisah Mapogo ini dibuat begitu lengkap dokumentasinya secara tidak sengaja dari pengamatan kelompok Sparta yang menyeberang ke sebelah Barat, dan kejadian di mana Makulu diterima oleh kelompok itu, yang terasa sangat ganjil mengingat hampir tak pernah ada kelompok singa yang mau menerima seekor singa jantan muda dalam kelompoknya.

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung