Bibirku Cawan Anggurmu

karena kau begitu manis. teramat manis.
lebih dari kata yang kuucap, lebih dari rasa
yang kucecap. seakan kau dipetik dari ladang
terbaik, di tepian sungai yang subur, lalu
diperam hingga benar-benar cukup umur.

ronamu merah memikat. siapa yang tahan
pada kilau berkilat itu? yang teramat cerlang
di bibir gelas, terang dan hangat tergambar
begitu jelas. bibirku adalah kehausan yang
sungguh, kegembiraan yang menghendaki penuh.

akulah kesetiaan, menunggu segalanya tertuang,
terbuang, dan terulang. hingga habis sesap manis,
tapi ada yang akan mengingatnya dari sisa-sisa
malam, sisa-sisa kemabukan, sisa-sisa kegembiraan.

meski saat itu kau, anggurku,
telah lepas dari cawan bibirku.

gawal dari takdirku.

Jakarta, 30 Agustus 2009

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung