Hikayat Sepucuk Surat

Kelak, jika kuputuskan untuk menjelma,
tersebab rindu yang teramat, aku akan
menjadi surat. Tanpa perlu alamat, karena
tujuan sudah lama diidamkan. Tak perlu
juga pengantar, sebab aku bukan sembarang
surat. Bahkan tanpa amplop dan perangko,
karena hanya kau yang akan kujangkau.

Kelak, jika kuputuskan untuk sampai, karena
dalam dadaku seperti disengat kesumat,
tak perlu kau menunggu di depan pintu,
menumpu tangan di dagu dan termangu
pada kosong ruang jendela, bahkan tak usah juga
kau menitip pesan pada Si Penjaga Gerbang.

Ini sudah sebuah kepastian yang tersirat.
Sejak sajak ini dituliskan, sejak terlahirkan
kita sebagai anak, bahkan jauh sebelum itu.

Sebelum kita sadar
bahwa kita benar-benar satu.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung