Apel

Jika kelak aku terjatuh, jauh dari rengkuh
dan tiba pada ribaan lara, kau akan kukenang
sebagai dahan, cekatan meluruh selembar daun.

Juga tepat sebelum lalat buah sempat singgah
dan menitipkan puluhan telur yang renik itu,
kau embun, pembasah dan pembasuh sulit sakitku.

Meski pernah terlintas, di getasnya waktu, kau
adalah dia yang begitu tertarik pada pelik daya tarik
dan aku hanyalah apel yang tiba-tiba jatuh.

2011

Comments

andri K wahab said…
selalu keren karyany bro...mantap ^_^
dedyriyadi said…
salam berkarya selalu..

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun