Dubia

Mendungkah yang menyurungkan hujan hingga ia jatuh ke tanah,
ataukah Kita yang tak sanggup menahan kepedihan, hingga harus
membagikan basah kepada semua?

Langitkah yang menyalakan warna-warni pelangi ataukah Kita merasa
berbahagia hingga kepergian mendung dan hujan kita rayakan dengan
lambaian pita-pita di udara?

Jalan basah dan berlumpur itu, diakah yang menghalangi perjalanan
atau Kita yang masih ingin berkesah dan menekuri apa yang tak dapat
diraih dari hari ini?

Di pantai, ombak yang berdebur-debur, keluhnyakah yang Kita dengar
setiap kali merasa rindu? Atau hanya deretan perahu yang tubuhnya
dikosongkan dari layar dan jangkar?

Mobil-mobil yang lalu lalang, pelajar dan pedagang yang diangkut
dan diturunkan, apakah dari antara mereka Kita belajar tenang? Apa
luasan laut yang menghanyutkan sebutir kelapa membuat Kita tetap
waspada dan berjaga?

Himpunan pokok nyiur, pantai yang tampak pucat itu, apakah mereka
mengajarkan pada Kita untuk setia? Mungkinkah memang pekik camar
dan ringkih mercusuar meminta Kita untuk tetap sabar?

Kuncup payung-payung, kanak-kanak bermain di air tergenang, muncul
dari sanakah rasa nyaman dan terlindung? Apakah di pantai Juntinyuat
ini, di antara tong ikan dan perahu jukung, masihkah ada yang perlu
diresahkan selain: surat dari Ibu yang tak pernah berkunjung?

2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung