Kepada Pemetik Kecapi

Matanya: nyalang nyala.
Lincah unggas di tenang telaga.

Jadi gairah yang dilukar, dibakar,
dan diunggunkan
di tengah-tengah buncah bungah.

Terarah sungguh pada nyanyi
para pemuji. Dari tadi, tepat sesaat
jari-jarinya: kepak sayap di antara
riak dan rimbun teratai itu.

Ada api yang berderak, meluluhlantak,
dan mengabukan
seluruh pilu dan sepuluh nyeri ngilu.

Sesudahnya, telinga kita: mendaras lagu,
melaras nahu. Semacam taklimat dari
beragam kalimat penuh hikmat.

Hingga di tepi sebuah danau,
hal-hal yang dulu hanya serupa racau
seluruhnya terjangkau: Engkau.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung