Ketika Kita Berciuman
Bagaimana bisa aku bayangkan lautan, atau rindu ombak pada dinding kapal Karena kau, putih bulan. Timbul tenggelam dalam siasat awan yang tak pernah kuhafal. Seperti tirai, aku hanya melambai. Pada kenangan, atau pada pudarnya warna hiasan pintu Agar kau tak berpaling karena malu, dan melepas sepasang sepatumu buru-buru lalu duduk melamun di dalam kamarmu, memikirkan lantai yang pualam, malam yang terang, dan suara kematian itu pekik atau debam? Bagaimana jika aku menjelma saja sebagai buku? Kau tentu setuju. Buku selalu menipu tapi kau tak pernah ragu untuk membawanya pulang, seolah dia kucing belang abu-abu yang baru saja bisa membebaskanmu dari memasang perangkap tikus di bawah bangku. Lihatlah! Lidahnya bergerak terus menerus. Seolah ada darah dan rasa haus mendebur seperti pada sebuah pelabuhan di mana seseorang seperti kita, duduk dan terluka melihat kapal-kapal di kejauhan. Karena kau, putih bulan. Rambut yang tersanggul dan tajam tatapan Sedang bibir ini; me...