Penerbangan

Di depan, sebelah kanan, dari jendela kulihat mendung berjatuhan
jadi hujan yang mengguyur laut. Aku cemas jika hujan itu terus berjalan
ke kotamu, yang kutinggalkan. Aku tak sanggup jika harus membayangkan:
kau berjalan menangis dan diiringi hujan yang lebat setelah perpisahan kita.

Di atas, melampaui dengung kencang dalam kabin pesawat, aku yakin
ada banyak awan putih dan cerah cahaya matahari. Aku lebih suka jika
kau memandang perpisahan seperti mengenang hal-hal yang manis dan
yang magis dari apa yang kita sepakati sebagai cinta.

Dan pelan-pelan, tanpa menghiraukan hujan, aku membawa serta
seluruh pemandangan di kotamu; bukit-bukit batu, pokok-pokok perdu,
bangunan yang berwarna merah juga yang pucat, menara jingga dan
hotel tua, terlebih berbentang-bentang pematang sawah, karena

seperti cinta, kotamu telah menyesatkan dan memusatkan seluruh
perhatianku kepadamu.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun