Posts

Showing posts from January, 2014

Lagu Pelaut

Dia seperti tidur kucing di rerumputan, seperti buku yang disadur dengan teramat pelan. Ada yang mengambang serupa pecah bunga kapas, sedang hatiku bimbang menimbang laku yang pantas. Dia seperti jilat lidah ombak di cangkang kepiting, seperti tepat kadar basah mekar biji kemuning. Ada yang bertunas, mengeras, dan tumbuh pada kenangan, meski ingatan tentang perahu, lunas, sauh tertinggal di pelabuhan. Dia ringkik kuda memecah titik embun pada takik daun jarak, geliat renik dalam setangkup air hujan yang hampir-hampir tak tampak. Hatiku geming stalagmit di dasar gua, persoalan yang rumit dan tak terduga. Dia juga angin yang terhempas di kibar bendera , aroma dedaunan beringin ketika hampir senja. Bagaimana aku harus lupa pada hal-hal sederhana? Seperti ingin mengingat apa yang kutinggalkan dan kutanggalkan pada tahun-tahun yang lama. Dari kemudi sampai buritan, wangi todak dan anggur masam, dia tempias ombak dan pekik kormoran. Memendam kecemburuan dalam p...

Membunuh Kebekuan Pepohonan

Seekor kupu-kupu hinggap di atas mata kapak Ketakutanku terkembang pada sayapnya Seolah maut baru saja dijemput Di langit, awan dan bulan dibebat sepi yang sengit. Di antaranya, cahaya jadi jingga Seperti dijatuhkan puluhan duka bagi pohon-pohon yang membeku Sayap kupu-kupu itu terkembang sempurna Putih belaka seperti kabar kematian yang disebar di antara pepohonan itu, di bawah langit terbuka, pada kegentaranku akan cahaya, yang tiba-tiba sampai dengan getar yang sebentar. Sebelum lenyap pada sebuah noktah hitam di sayap kupu-kupu itu. 2014

Ditujukan Untukmu

Musim semi tiba begitu kau mengenang duka itu. Bunga-bunga seperti tumbuh dan berguguran begitu saja. Langit terbuka seperti tangan yang siap menampung setiap keluh dan doa. Pohon-pohon diam saja. Mengira kau adalah bagian dari mereka yang setiap hari berjaga dari kemungkinan tumbang. Rumput-rumput seperti hitungan dalam tasbih setiap kau menyebut namanya. Merunduk dan semakin merunduk. Seekor kelinci melompat. Seolah baru saja kau merasa sesuatu begitu nikmat. Tangismu reda. Tangismu reda. Lalu damai mengada. "Bukankah di pagar ada yang bersandar sambil mengamati selembar surat beralamat?" Surat yang tulisannya terasa basah di dada. Surat yang setiap katanya seperti bunyi arus sungai di belakang rumah. Surat yang setiap katanya ditujukan untukmu saja. Ya. Untukmu saja. 2014

Aku Sedang Jatuh Cinta

Sungguh, aku sedang jatuh cinta. Segala yang menyangkut dirimu, semisal seulas senyum saja, mengikat erat hatiku. Sungguh, aku sedang jatuh cinta. Segala yang menjadikan aku musnah begitu saja, di hadapanmu. Jika begini, meski bicara berbusa-busa, tak ada arti lagi. Tak menjumpa makna. Kau menjadi segala yang aku punya. Klise memang, tapi tak mengapa, karena engkau awal dan akhir bagi takdirku yang mudah gawal. Kau bangunan puisi yang utuh dan kukuh. Aku selekeh saja. Sisa pensil menggurat kertas, jejak jemari di sudut tuts. Kau tak perlu menganggapnya ada. Jiwaku juga jualan tak berharga, bercak becek di lantai dan dinding pasar. Sungguh dingin dan kasar. Kau mulia. Kau mulia. Batu manikam mirah delima. Yang kepadanya aku memuja. Sungguh, aku sedang jatuh cinta. Dan segala - yang disebut dunia - hanya berputar di tempatnya. Hanya gusar dan gumam percuma. 2014

Taksonomi

Kau bicara bahasa bunga. Kuntum, mekar, dan layu, lalu gugur. Aku memuja dengan kata dari akar. Derita tanah, harum rabuk, basah serasah dan jeritan - air! air! air! Kau bayangkan ketabahan dahan. Yang ketika daun dan bunga gugur, berusaha sabar tak tercabar berita angin. Akan kulukiskan batu yang rengkah. Jauh dari segala riuh. Kesepian itu. Yang menjemputmu dari rahim bumi ini. Kembali! Tapi kau pohon. Doa yang dimohon berbukit-bukit sakit. Kepasrahanku jaringan kayu dan tapis. Langkah malu-malu juga tangis. 2014