Sumur

Sumur

1.
Siang itu, perempuan tanpa nama datang untuk menimba,
Dan lelaki yang dikenal sebagai guru mengajaknya bicara.

2.
Dari langit yang kelam, jangan bayangkan ada yang meminta.
Di bumi yang riang, dari sebuah rumah besar, bertempayan doa.

3.
Ada tambang timba menjulur dari langit ke bumi ini, kata Sang Lelaki.
Ada bimbang menyiksa, membujur dengan sengit di dalam hati,
keluh Perempuan sambil berdiri.

4.
Kau orang asing bagi siang hari kami. Kenapa kau begitu peduli?
Begitu yang dipikirkan perempuan itu lalu menguji: nama para mantan suami.
Kau kukenali seumur sumur ini. Dulu, seorang lelaki juga dibuang
di dalam sumur karena dibenci. Tapi bukan itu yang ingin kukatakan
tentang dirimu sendiri. Kau, kata Sang Lelaki, adalah timba yang penuh
dengan air. Sudah sepatutnya kau berbagi.

5.
Dari perempuan tanpa nama yang datang menimba, Sang Lelaki
beroleh nama: Pemberi air hidup.
Dari lelaki yang dikenal sebagai guru, perempuan itu mulai disebut
sebagai pemberi kabar yang nyaris redup.

6.
Samaria. Samaria. Kusebut kau dalam sumur hidupku.
Tuhan memang samar dan nampak berbeda, tapi aku tak peduli lagi hal seperti itu.

7.
Aku mengenang air yang memancar dari seteguk yang kuminum,
sebagaimana memandang hidup dengan segala yang dimaklum.

8.
Dalam sajak ini, segala kata menjadi air. Aku hanya timba terjulur.
Dalam sejenak ini, ketakutanku mencair. Sedih dan sakit gugur.

9.
Ketika Guru itu menyebut nama para mantan suami,
ada yang tercabut dalam hati. Seligi dan duri.

10.
Sudahkah kau mandi, hari ini? Dalam sajak ini, ada sumur
di tengah ladang. Barangkali, setelah mandi, kau merasa
sisa umurmu begitu benderang.

2014

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun