Mendengarkan Nasida Ria
Tak seperti rindu pada suara laut dan siluet
di depan matahari yang hendak terbenam;
sore masih redam, dan benang-benang hujan
berubah jadi pertanyaan -- maukah engkau
berjalan bersamaku? Ia bagai bocah dengan
keranjang berisi lima roti dan dua ikan melangkah
tanpa ragu pada Si Pengkotbah. Jalanan adalah
suara-suara yang disatukan, dan dipantulkan --
Amin. Aman. Makin. Makan. Santer. Santri.
Ia berjalan sambil mencari: doa yang kerap alpa,
diri yang makin abai pada apa yang seharusnya
dan tak seharusnya dia makan, suara-suara
yang kerap dan makin akrab mengajaknya kembali
membuka kitab suci. Ini jelas tak seperti rindu
pada suara laut dan siluet itu. Diri makin peram,
dan benang-benang hujan berubah jadi pertanyaan
yang kian panjang -- masih mampukah engkau
berjalan bersamaku?
2016
Comments