Jangan Buru-buru


Jangan buru-buru kaucabut
kesedihan dari dadaku --

Aku belum berselesa pada bisa
yang diam-diam larut di darahku.

Belum juga sempat mengamati
lancip, tajam, dan kilau segala
sudutnya yang tak surut-surut
menyerut urat dan dagingku

Aku belum puas pada lemas
yang kerap meloloskan diri
dari cegat tegap tulang-tulangku.

Jangan kau lekas tarik
kemurungan yang
menyelubung hari-hariku --

Sungguh, aku tak rela
dan tak berlega jiwa
jika kau melakukannya.

Sebagai manusia
aku harus lengkap
dan melengkapi kesedihan darimu
dengan kesetiaanku;

agar doa dapat terucap,
agar harapan baru tertancap

dan bahagia perlahan
menetes, membasahi, dan mengalir
pada keseluruhan lanskap.

2017

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun