Posts

Showing posts from September, 2019

Mendengarkan Lagu "The One I Love" dari R.E.M.

Sama sepertimu, aku melihat di mana-mana ada api. Tapi tak ada cinta. Barangkali, cinta adalah kata lain dari kebengalan semata. Yang pada suatu pagi, ia berjalan-jalan pada suatu taman, lalu melihat ke arah kerumunan hewan, dan bertanya pada kekasihnya, "Binatang apa yang kau suka?" Padahal hutan sedang berkobar. Padahal warga mengungsi ke kota tetangga supaya tak terdampak kabut asap. Sama sepertimu, aku melihat orang lebih suka bicara tentang diri sendiri. Dan tetap tak ada cinta. Sebab, barangkali, cinta tak lain dari kegemparan yang disengaja. Yang dalam suatu ruang, ia menyeduh ramuan sederhana; jahe, kunyit, dan temulawak, lalu mengangkat gelas ke arah kamera. Padahal ada seorang bayi hanya bisa minum kopi. Padahal gadis korban perkosaan hendak dibui karena terpaksa melakukan aborsi. Sama sepertimu, aku melihat api. Di mana-mana. Juga dalam dada. 2019

Elegi

Image
Elegi Bergumam, bersenandung, berjalan, mempercepat hari dari terang ke kelam.                                                     Tapi ini nyeri – sungguhkah akan berhenti? Masuk kamar, menyalakan lampu, memainkan gitar, menggetarkan jiwa muram.                                                     Tapi ini sungai – ke muarakah akan sampai? Tangan pegang lilin, membaringkan tubuh, merangkak mencari pintu, memperdengarkan suara merdu, “Aku inginkan kebebasan itu!”                                       Tapi di sepanjang arus – bisakah tumbuh yang telah aus? Dengar rancak tamborin. Dengar guntur di langit.     ...

Gadis Tak Bernama

Image
Gadis Tak Bernama Apakah ia ingin punya nama seperti nama-nama bunga? Sementara, tentu saja, ia hanya ingin hidup selayak manusia. Apakah ia ingin punya suara semerdu para biduanita? Pastinya, sampai hari ini, ia hanya ingin didengar segala keluh kesahnya. Aku yakin -- ia tak ingin berjalan sambil menangis dalam gerimis, setelah hujan menyeberangkannya sendiri. Aku yakin -- ia tak ingin menengadah ke wajah bulan dan meminta gaun indah seperti gadis kecil berkaleng kecil di sebuah sajak masa kecil. Aku ingin ia adalah gadis yang berlari ke arah gerbang kota, menyambut kepulangan ayahanda dari medan laga dan bergembira -- betapa dunia terus mengingatnya, meski di akhir kisah ini tak ada yang peduli bagaimana akhir hidupnya. 2019

Kembali

Image
Kembali Kembali menggelandang, ke luar kandang. Karib debu, kurap, kutu. Terjulur lidah tanpa madah. Mengunyah, menelan pemberian dan sampah. Sebagai anjing, tak menolak remah. Sebagai tanda bersetia, hari-harimu aku jagai. Di mulut gua, sampai kau tuju puncak Meru, kuberi keselamatan yang kau perlu. Meski aku tahu -- dagingku akan dipersembahkan Si Anak yang Tak Tahu sebagai santapan seorang Ibu. 2019

Belum

Image
Belum Dulu hanya bulu dan ngiau yang pilu di tubuh malam-Ku yang kosong dan gelap. Belum kucing. Belum langkah ringan di atas genting. Kemarin hanya mampir menghidu amis yang sumir pada bicara hari-hari-Ku yang lenggang sepanjang lanskap. Belum belang. Belum cakar berkali-kali di sebatang tiang. Masa depan. O, kardus di sudut gudang. Sudikah Kau lahirkan anak-anak-Ku? 2019

Matahari Belum Terbit

Image
Matahari Belum Terbit Dari timur, matahari belum terbit. Malam masih selalu mencekam. Daun-daun menampik dan menampi embun. Jika kata telah tegak sebagai senjata. Tak ada kata maaf dan mohon ampun. Terlibas dari kamus. Lalu, masih perlukah kita menanti datangnya pagi? Kitab-kitab di barat tak mengajarkan apa-apa selain kisah penuh kasih yang tak mungkin ada. Meski sebagai manusia, aku harus bekerja melahirkan kata-kata. Memperanakkan ia yang hangat dan bercahaya. Seperti matahari yang kita sama-sama nanti. Tapi, dari timur, matahari belum terbit. Malam dipenuhi hantu dan bau kuburan. Udara gersang. Daun menampik embun. Rumputan tegak menyobek kulit kaki. Seorang pesolek tetap pergi bermimpi -- dunia dan hidup seolah bunga tulip yang kuncup. Padahal, dari timur, matahari belum terbit. Bagaimana bisa ia mengungkap warna dengan matanya? 2019