Aduh!


Jika bukan akar, tak batang pula
puisiku. Tak ada buah tergantung,
dan kelelawar penuh kecewa
begitu pula sekumpulan burung.

Jika tak ranting, bukan daun juga
sajakku. Saat musim kemarau tiba,
tak ada peziarah duduk di bawahnya,
dan pencari air meneruskan kelana.

Seekor kadal menciptakan dunia
dengan mulutnya yang terbuka --
menunggu hinggap serangga
ke lembar daun rumput kuning tua.

Lihatlah likat lidahnya; mungkin di situ
sebaris puisi ini jadi jerat bagi kalbu.
Bukankah hidup hanya harap selalu?
Bukankah jiwa harus nyala menggebu?

2019

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung