Dor!


Betapa malang! Betapa malang!
Hidup mencari yang terbuang,
disia-siakan, diharus-selesaikan.

Sungguh, aku ingin bertumbuh.
Mencari celah batuan, mencuri
sejumlah sempatan. Tapi waktu
duri dalam ingatan. Berkali-kali

menghunjam daging sendiri.
Melarung nasib di sembarang
kali. Pasti puisi bukan Kunti -- 
yang di Gangga, di sungai terpanjang

menghanyutkan anak cucu peradaban.
Mendenyutkan lagi gairah peperangan.
O, Ibu! Haruskah menangis kembali
kanak-kanak dari perih kiwari?

Betapa sayang! Betapa sayang
hidup! Jika harus merintih-meregang,
menggapai-gapai pada serpih terang!

2019

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun