Potret Penyair sebagai Aswatama


Barangkali, ia akan temui makna mati
hanya dalam tenda bayi Wisanggeni.

Ia menyimpan kuda dan gajah dalam pikirannya
seperti ia simpan bara dendam bagi dunia.

Kuda yang menuntunnya pada seluas kembara,
di mana ia tahu -- tak ada batas jelas cakrawala.
Dunia tak memisahkan kebaikan dan kejahatan
melainkan mencoba memberinya beragam alasan.

Gajah yang menggiringnya pada pemikiran;
hidup haruslah penuh penegasan bahwa penugasan
manusia berpuncak pada ia tak sekadar nama,
tetapi juga namanya harus mencapai makna.

Ia memperjalankan kuda dan gajah dalam pikirannya
sebagaimana Dorna memberi kuasa dari namanya.

Aswatama; ahli senjata dan aneka gladi wyuha
yang suaranya meledak-ledak di padang belantara.

Namun sejarah - yang lebih banyak memuat cerita
kekalahan dan banjir darah - memberinya panggung
sederhana -- bahwa manusia harus hidup dari segenap
upaya belaka, tak ada janji dari surga, tak ada restu

melebihi doa orang tua. Karena itu dengan pikirannya,
ia terjang medan laga dengan satu tujuan -- melepas
sumpahnya menumpas seluruh garis keturunan Pandawa.

Sampai Wiyasa meminta batu manikam di dahinya.
Sampai Sri Khrisna mengutuk 3000 tahun penderitaan baginya.

2019

Comments

Bunga citra said…
kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino
I enjoyed reeading your post

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun