Nestapa
Kita selalu terburu
memilih akhir dari garis
sebagai titik B, karena
kita rasa semua berawal
dari A. Dan semua garis
kita anggap lurus, tak pernah
berkelok, terhenti sejenak,
atau terputus karena habis tinta.
Kita semua penulis yang buruk
mengira selesma dan reumatik
menyerang di malam dingin
dan tak ada lengan berpeluk.
Padahal bisa saja kita nyalakan
tungku, tarik selimut, bakar cerutu,
tuang anggur, lalu pandangi
langit malam, tanpa berpikir
tentang apa dan siapa kita
di hadapan semesta,
tapi -- bisakah?
2021
Comments