Yeremia Meratapi Dua Kota

Puteriku, Anak-anak Luka
yang tak kunjung sembuh,
yang kepadaMu airmataku
tercurah siang dan malam,
janganlah kecewa!

Bukankah mereka tak berbeda
dengan patung-patung sesembahan
yang ada? Saling asing dan tak berbuat
apa-apa sepanjang musim, selain bergunjing;
“Ini luka siapa? Begitu ngangga dan berdarah
sia-sia. Tak ada balsam dan tabib di sini.”

Puteriku, Bau busuk jasad
yang menguar, yang ingin kutinggalkan
namun tak bisa, bertahanlah!

Lidah-lidah mereka lihai berdusta,
memanah dada sendiri dengan janji
setia; “Ini kota-kota kami yang suci.
Tak ada yang busuk di sini. Dan
Tuhan adalah Raja kami.”

Menangislah Puteriku,
menangislah sekeras suara ternak
yang berlari, sepilu sisa-sisa senyap
dari puing-puing kotaku, biarlah
serigala-serigala itu datang,

dan segala gunung termenung,
dan segala padang terdiam,
dan kota-kota ini terhalang

dari segala rancangan
di mata mereka.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung