Dekap

Keranda, Ananda. Ya, Keranda! Ibunda hanyalah pengantar jasadmu ke liang lahat. Ke mana mata dendam hilang sengat. Dan di dalamnya, hanyalah dirimu sendiri, ya dirimu, mendapat nikmat.

Payung dan telekung hitam adalah pengantar tidur. Isyarat tentang hidup penuh syukur. Jika kau masih sempat mengucap salam, awan dan langit hanya hiasan dan kenangan akan malam-malam saat kau merenung sebuah sajak cinta paling kelam.

Maka tangisan ini, Ananda, tangisan kebahagiaan. Bahasa purba yang tak bisa diterjemahkan aneka kitab dan kamus. Seperti guguran daun menghumus, seperti spora jamur yang subur di bawah serasah. Tak terlihat namun sungguh bermanfaat.

Kenanglah aku, Ananda, seperti kau mengingat dengan benar matahari pagi yang bersinar. Kau, rumpun bambu muda. Bersimbah embun berbasah bahasa santun. Selayaknya rumpun berselimut embun di seberang jendela, kau kupandang sepenuh bahagia

2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung