Perihal Mawar

Ruang murung ini kau koyak dengan harum
semerbak seperti ada yang menumpahkan
sebuli mur atau menyalakan sebatang dupa
untuk berdoa.


Padahal, kau hanya merah sederhana,
tak harap menyala atau membara
di dalam jambangan, di atas meja.


Pun tak ada asap melangit, tak ada tatap
yang sengit. Matamu dan mataku sama
terpejam, sama-sama merendam yang cerah
dan yang lelah dengan warna senja dalam ruang
yang mengurung sunyi dalam hati.

Sunyi yang merupa duri: menusukkan perih
dan nyeri seperti aroma yang tak ingin pergi.


Maka kau pendam aroma yang tabah,
dan aku luka tusuk yang terus khusyuk
bertahan
- akan sebuah kerinduan.


2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung