Setia

Sungguh setia kesepian itu menjagaku dari kehilanganmu. Di cuaca semuram kaca jendela, kesepian mengetukkan jari-jari hujan. Diperdengarkan pula suara hewan-hewan hutan. Agar sempurna lanskap hijau pucat pemandangan, sehingga aku merasa ada yang kurang di sana; kau yang menangis sambil menulis sejumlah sajak cinta.

Kunyalakan perapian. Tapi kesepian sudah menyiapkan cerita penghantar tidur; bulan putih disaput asap abu-abu. Ditambahkan pula bau kayu dan rumput terbakar gelisah. Maka kutemukan negeri dongengku sendiri; kau pengembara dan aku pintu gerbang kota tua. Kau mencari, aku menunggu.

Tibalah aku dalam kantukku. Selimut kesepian mendekapku erat. Menyisakan dingin yang sangat kuhafal gigilnya; kekosongan sisi ranjang. Dalam diam, kesepian membangun jembatan mimpi: tempat kita berbagi hangat kenangan.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun